Friday, September 6, 2019

Dolar Bukannya Lagi Lemah, Para Lawannya Aja Yang Lagi Mantap

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Jumat (6/9/19) setelah rilis data tenaga kerja Paman Sam untuk bulan Agustus yang variatif. Indeks dolar kini menuju penurunan tiga hari beruntun.

Pada pukul 20:37 WIB, indeks dolar melemah 0,16% ke level 98,26 melansir data Refinitiv. Total hingga hari ini indeks dolar melemah 0,75%.

Data tenaga kerja AS terdiri dari tiga item, penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (Non-Farm Payroll/NFP), rata-rata upah per jam, dan tingkat pengangguran. NFP dirilis mengecewakan, sebanyak 130.000 orang, lebih rendah dari sebelumnya 164.000 orang, juga lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebesar 165.000 orang.

Sementara data rata-rata upah per jam naik 0,4% di bulan Agustus, dari bulan sebelumnya sebesar 0,3%. Kenaikan di bulan Agustus merupakan yang tertinggi dalam enam bulan terakhir. Tingkat pengangguran dilaporkan tetap sebesar 3,7%.

Terpantau di waktu yang sama euro dan yen masing-masing menguat 0,14% dan 0,24%, sementara poundsterling melemah tipis  0,04%, tapi mata uang Inggris ini terus memangkas pelemahan dari sebelumnya 0,37%.Kondisi dolar sebenarnya tidak buruk, tapi lawan-lawannya memang sedang tangguh.

Indeks dolar dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.

Ketiga mata uang tersebut berkontribusi 83% terhadap pembentukan indeks dolar, dengan euro menjadi kontributor terbesar yakni 57,6%.

Euro sedang mendapat sentimen positif dari komentar mantan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Christine Lagarde. Ia mengatakan kebijakan akomodatif dalam jangka waktu panjang memang diperlukan, tapi bank sentral juga harus mempertimbangkan efek negatif yang ditimbulkan.

Lagarde merupakan calon Presiden European Central Bank (ECB) yang akan menggantikan Mario Draghi pada 1 November, sehingga komentar-komentarnya mengenai kebijakan moneter bisa mencerminkan arah kebijakan ECB di bawah komandonya, dan tentunya mempengaruhi pergerakan euro.

Pernyataan Lagarde tersebut menggambarkan wanita asal Perancis ini kemungkinan tidak akan menahan suku bunga rendah dalam waktu lama. 

Sementara itu poundsterling yang naik tajam dua hari terakhir, kali ini terkoreksi turun. Namun, Mata Uang Inggris ini sukses memangkas pelemahan. Parlemen Inggris yang mengambil langkah mencegah no-deal Brexit dan meminta pemerintah Inggris mengajukan penundaan deadline Brexit selama 3 bulan menjadi sentimen positif bagi poundsterling.

Dengan sentimen positif yang dimiliki euro dan poundstrerling, data tenaga kerja AS meski tidak buruk, tapi belum cukup untuk mendongkrak kinerja dolar pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/30YSpWI
via IFTTT
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Post a Comment