Sebelumnya, pemerintah telah memiliki 70% saham TPI alias Petro Tuban. Namun dalam upaya penyehatan keuangan perusahaan yang terlilit utang, pemerintah menyuntikkan modal negara (PMN). Dengan demikian, utang TPI bakal berkurang dari Rp 3,3 triliun menjadi Rp 700 miliar saja.
TPI sebagai induk usaha TPPI selama ini difungsikan sebagai pengolah BBM. Langkah restrukturisasi utang yang ditempuh akan memberikan kesempatan perusahaan untuk berkembang sebagai basis industri petrokimia nasional yang terintegrasi.
Ke depan kilang TPPI yang sempat mangkrak dapat dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan industri petrokimia domestik dan dapat diarahkan untuk pasar ekspor.
Sebelum "mati suri", kilang milik TPPI sebenarnya beroperasi dan memiliki potensi yang besar. Menurut data Pertamina pada 2015, kilang TPPI dapat menghasilkan sekitar 61.000 barel per hari premium, 10.000 barel per hari HOMC, 11.500 barel per hari solar dan LPG dengan kapasitas 480 metrik ton per hari.
Kilang TPPI dapat memproses sekitar 100.000 barel per hari kondensat dan atau nafta. Beberapa produk yang dihasilkan oleh kilang TPPI antara lain LPG, solar, premium dan aromatik seperti (paraxylene, orthoxylene, benzene dan toluene).
Melihat potensi yang besar tersebut, pemerintahan Jokowi menetapkan bahwa kilang tersebut akan menjadi basis industri petrokimia nasional. Menurut Kementerian Perindustrian, industri petrokimia nasional sebenarnya terbagi menjadi tiga lapis yaitu industri hulu, industri petrokimia antara dan industri hilir.
Industri hulu menghasilkan beberapa produk dasar petrokimia seperti olefin (ethylene,propiline,butadiene,dll), industri aromatik (benzene,xylene, toluene) serta industri berbasis C-1 (ammonia dan methanol).
![]() |
Saat ini, industri petrokimia Indonesia masih didominasi oleh PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA) yang merupakan anak perusahaan PT Barito Pasific Tbk (BRPT). TPIA merupakan market leader di industri petrokimia tanah air dengan bisnis model yang terintegrasi. Artinya TPIA menghasilkan berbagai produk petrokimia hulu hingga ke hilir.
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2rgvyZV
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment