"Kita kan meluncurkan sukuk ritel sejak 1-21 November, ini merupakan SBN terakhir," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Lucky Alfirman, dalam "Green Sukuk investor Day" di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Sabtu (16/11/2019).
Green Sukuk Investor Day yang digelar di CGV hari ini menurutnya menjadi salah satu strategi untuk menggaet milenial. Dimana berdasarkan catatan, sejak sukuk ritel diperdagangkan secara online, jumlah semakin meningkat.
"Sejak memasarkan SBN secara online, terjadi shifting, di mana sekarang investor dominan dari generasi milenial 50-51%," imbuhnya.
Pemerintah menargetkan bisa kantongi hingga Rp 2 triliun dari penerbitan Green Sukuk Ritel ini. Sebagai salah satu cara dalam menarik minat investor ritel, pemerintah juga telah menurunkan jumlah pembelian menjadi minimal Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar.
Kedepannya, pemerintah akan terus melakukan kajian, apakah akan memperkecil nilai pembelian. Sebab tak bisa dipungkiri, generasi milenial berpotensi menjadi investor di masa yang akan datang.
"Jadi, ini kan baru setahun. shifting kan saat online, yang dimulai semester 2-2018. Strategi diturunkan, dulu Rp 5 juta, diturunkan Rp1 juta, supaya keritelannya tercapai. nah, ke depannya, ini kan baru setahun. Akan lakukan asesmen, kalau marketnya masuk (permintaan nominal lebih kecil) akan menjadi pertimbangan juga," ujarnya.
Terakhir Lucky berpesan, salah satu caranya bagaimana berperan dalam mendukung keberlanjutan lingkungan adalah melalui diri sendiri. Ini bisa dilakukan jika ingin memilih instrumen untuk investasi.
"Jika ingin investasi, pilihlah green sukuk," tutupnya.
Green Sukuk Ritel ST006 merupakan green sukuk ritel pertama di dunia. Adapun imbal hasil yang diterima oleh investor sebesar 6,75%. Memiliki tenor 2 tahun, Green Sukuk ini memiliki biaya pajak sebesar 15%.
Adapun 9 sektor yang layak menjadi investasi yaitu pertama energi terbarukan, sektor yang mendukung ketahanan terhadap perubahan iklim bagi daerah yang rawan, transportasi berkelanjutan, pariwisata hijau, energi berbasis sampah, pertanian berkelanjutan, efisiensi energi, pengolahan sumber daya alam berkelanjutan dan bangunan hijau.
Salah satu contoh proyek yang dibiayai oleh green sukuk adalah double track Manggarai atau jalur kereta api. Proyek ini disebut eligible green, karena menurunkan karbon.
"Cara menghitung ada Shifting passenger. Berapa ribu penumpang satu rangkaian bisa diangkut. Dengan jumlah itu bisa mengurangi emisi karbon," tutupnya.
(gus/gus)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2QoQOHq
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment