Thursday, September 12, 2019

Habis Sebut "Idiot", Trump Sindir The Fed Makan Gaji Buta

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden AS Donald Trump kembali murka terhadap The Federal Reserve (The Fed) yang merupakan bank sentral negerinya sendiri. Saking kesalnya, presiden AS ke-45 tersebut sampai menyindir bahwa para pejabat bank sentral AS tersebut memakan gaji buta.

Kekesalan Trump ini dipicu oleh hasil pertemuan European Central Bank (ECB) selaku bank sentral Eropa. Pada malam hari ini, ECB mengumumkan bahwa pihaknya memangkas deposit rate sebesar 10 basis poin (bps), dari yang sebelumnya -0,4% menjadi -0,5%.


Tak sampai di situ, ECB juga mengumumkan bahwa program quantitative easing (QE) yang disetop pada akhir tahun lalu akan kembali diaktifkan. Setiap bulannya, ECB akan menyuntikkan dana senilai 20 miliar euro ke sistem perbankan atau setara dengan US$ 21,9 miliar. Program ini akan berlangsung selama yang diperlukan, dilansir dari CNBC International.

"European Central Bank, bertindak dengan cepat, memangkas bunga sebesar 10 basis poin. Mereka mencoba, dan sukses, dalam mendepresiasi Euro melawan dolar AS yang SANGAT kuat, menyakiti ekspor AS.... Dan The Fed hanya duduk, duduk, dan duduk. Mereka (negara-negara Uni Eropa) dibayar untuk meminjam uang, sementara kita harus membayar bunga!" cuit Trump melalui akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump.

Sebelumnya, juga melalui media sosial Twitter, Trump menyerang The Fed dengan menyebut para pejabat dari institusi yang diketuai oleh Jerome Powell tersebut "Idiot". Penyebabnya sama, Trump geram lantaran The Fed dianggap lamban dalam memangkas tingkat suku bunga acuan.

"The Federal Reserve harus memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi nol, atau negatif, dan sehabis itu kita harus mulai melakukan refinancing atas utang kita. BIAYA BUNGA BISA DITEKAN DENGAN SIGNIFIKAN. Kita punya mata uang yang hebat, kekuatan, dan neraca...." cuit Trump kemarin (11/9/2019).

"....AS haruslah selalu menikmati tingkat suku bunga yang terendah (jika dibandingkan negara-negara lain). Tak ada inflasi! Itu hanyalah kenaifan dari Jay Powell dan The Federal Resrve yang tak mengizinkan kita untuk melakukan hal yang banyak negara sudah lakukan. Sebuah kesempatan sekali seumur hidup yang kita lewatkan karena para "Idiot.""

Sekedar mengingatkan, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps dalam pertemuannya pada bulan Juli, menandai pemangkasan pertama sejak tahun 2008 silam. Tingkat suku bunga acuan AS pada saat ini berada di level 2%-2,25%.

Pada pertemuan yang akan digelar pada pekan depan, The Fed kembali diharapkan akan memangkas tingkat suku bunga acuannya, namun ternyata hal itu belum cukup untuk Trump.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 12 September 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan minggu depan berada di level 88,8%.

Untuk diketahui, ketika tingkat suku bunga acuan dipatok di level yang rendah, mata uang suatu negara memang akan cenderung berada di posisi yang lemah. Penyebabnya, tingkat suku bunga atas instrumen investasi yang ditawarkan akan berada di level yang rendah dan menjadi tidak menarik bagi pelaku pasar.

Namun begitu, lemahnya mata uang suatu negara akan menjadi berkah jika berbicara mengenai ekspor. Pasalnya, harga produk ekspor akan menjadi murah dan bisa meningkatkan permintaan.

Lebih lanjut, tingkat suku bunga acuan yang rendah akan mendorong imbal hasil (yield) obligasi pemerintah di pasar sekunder turun. Implikasinya, biaya yang harus ditanggung pemerintah kala menerbitkan surat utang baru juga akan turun.

Saat ini, indeks dolar AS yang mengukur kinerja dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya berada di kisaran tertingginya sejak awal 2018.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di level 1,72%. Sebagai perbandingan, yield obligasi pemerintah Jerman tenor 10 tahun berada di level -0,55%.


Dolar AS yang perkasa, yang pada akhirnya menekan ekspor, serta yield obligasi pemerintah yang relatif tinggi menjadi faktor yang membuat Trump acap kali murka terhadap The Fed.

Satu fakta unik, Jerome Powell yang belakangan sering sekali dijadikan "samsak" oleh Trump, sejatinya dinominasikan sendiri oleh Trump untuk menjadi gubernur The Fed.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/34Hq3T6
via IFTTT
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Post a Comment