Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menyatakan kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang kembali memangkas suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) ternyata di luar proyeksi. Pasalnya, dalam prediksi BI, pemangkasan suku bunga The Fed dilakukan di triwulan pertama tahun depan.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan, kebijakan The Fed kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 1,5% hingga 1,75% ini sudah diperkirakan pasar.
Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga ekonomi AS kuat dalam menghadapi pertumbuhan global dan untuk memberi perlindungan dari risiko yang akan terjadi ke depan.
"Penurunan suku bunga The Fed memang ini sudah di-price in [diantisipasi] pasar, meskipun dalam perhitungan BI, penurunan ini lebih awal dari yang kita perkirakan. Ini lebih menunjukkan bahwa Fed lebih kita sebut hawkish cut [agresif]," kata Perry di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (1/11/2019).
Meski The Fed memangkas suku bunga, tingkat keyakinan investor untuk berinvestasi ke Indonesia tetap tinggi. Pun demikian dengan nilai tukar rupiah yang tetap stabil di level Rp 14.000 per US$.
Foto: Jerome Powell, Gubernur The Fed (REUTERS/Erin Scott)
|
Hingga pukul 14.44 WIB, data di pasar spot menunjukkan, Rupiah menguat 0,04% ke level Rp 14.048 per US$ pada Jumat (1/11/2019).
BI menyebut, sepanjang tahun berjalan atau year to date, aliran modal asing terus membanjiri Indonesia. Hal ini sebagai bentuk keyakinan jika fundamental ekonomi Indonesia cukup baik.
"Aliran modal asing sampai 31 Oktober 2019 mencapai Rp 217,04 triliun," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Jumat (1/11/2019).
Aliran modal ini masuk ke pasar obligasi hingga Rp 165,2 triliun, kemudian pasar saham Rp 49,9 triliun dan sebagian kecil ke obligasi korporasi Rp 2,06 triliun.
(tas/tas)from CNBC Indonesia https://ift.tt/34qFGO5
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment