Thursday, October 17, 2019

Reli Obligasi Rupiah Berlanjut Didukung Masuknya Dana Asing

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga obligasi rupiah pemerintah melanjutkan tren penguatan beruntun dan mencetak reli panjang selama 5 hari terakhir yang dibarengi nilai kepemilikan asing yang menembus rekor baru lagi sepanjang masa.Sentimen positif pasar surat utang negara (SUN) berasal dari meningkatnya probabilitas penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) berdasarkan ekspektasi pelaku pasar. Ekspektasi itu terlihat dari survey CME Fedwatch yang menunjukkan suara pelaku pasar yang memprediksi suku bunga Fed Rate akan turun 25 basis poin (bps). Selain itu, mulai memudarnya inversi tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS pada dua pasang seri acuan juga menurunkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap ancaman resesi global.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 4,1 basis poin (bps) menjadi 7,14%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 17 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 16 Okt'19 (%)

Yield 17 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 17 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.637

6.631

-0.60

6.5876

FR0078

10 tahun

7.181

7.14

-4.10

7.1296

FR0068

15 tahun

7.609

7.59

-1.90

7.5674

FR0079

20 tahun

7.818

7.78

-3.80

7.7684

Sumber: Refinitiv

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,12 poin (0,05%) menjadi 264,05 dari posisi kemarin 263,93.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 538 bps, menyempit dari posisi kemarin 543 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 1,4 bps hingga 1,75% dari posisi kemarin 1,74%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Inversi yield seri 3 tahun-5 tahun dan 3 bulan-10 tahun tidak terjadi lagi, dan menunjukkan bahwa pelaku pasar mulai tidak sekhawatir seperti sepekan lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 16 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 16 Okt'19 (%)

Yield 17 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.669

1.659

3 bulan-5 tahun

8.7

UST 2020

2 Tahun

1.585

1.59

2 tahun-5 tahun

1.8

UST 2021

3 Tahun

1.565

1.571

3 tahun-5 tahun

-0.1

UST 2023

5 Tahun

1.566

1.572

3 bulan-10 tahun

-9.5

UST 2028

10 Tahun

1.746

1.754

2 tahun-10 tahun

-16.4

Sumber: Refinitiv

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.034,06 triliun SBN, atau 38,75% dari total beredar Rp 2.668 triliun berdasarkan data per 16 Oktober.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 140,81 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 530 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 4,67 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, koreksi harga masih terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 16 Okt'19 (%)

Yield 17 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.64

6.62

-2.00

China

3.189

3.189

0.00

Jerman

-0.391

-0.393

-0.20

Prancis

-0.14

-0.135

0.50

Inggris

0.714

0.69

-2.40

India

6.657

6.706

4.90

Jepang

-0.154

-0.153

0.10

Malaysia

3.426

3.428

0.20

Filipina

4.616

4.594

-2.20

Rusia

6.66

6.67

1.00

Singapura

1.702

1.722

2.00

Thailand

1.555

1.605

5.00

Amerika Serikat

1.745

1.759

1.40

Afrika Selatan

8.273

8.245

-2.80

Sumber: Refinitiv


TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/irv)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2IWx5tY
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment