Friday, October 25, 2019

Reli SUN Terhenti, Tetapi Dana Asing Masih Terus Membanjiri

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi menjelang akhir pekan ini, sekaligus menutup tren reli panjang setelah kemarin pemerintah menurunkan suku bunga acuan sesuai ekspektasi.Meskipun harga di pasar obligasi pemerintah turun, kepemilikan investor asing di pasar surat utang negara (SUN) rupiah justru kembali menembus rekor baru kemarin dan menembus level psikologis Rp 1.050 triliun.Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 3,3 basis poin (bps) menjadi 7,52%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 25 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 24 Okt'19 (%)

Yield 25 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 25 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.532

6.54

0.80

6.4789

FR0078

10 tahun

7.069

7.092

2.30

7.0653

FR0068

15 tahun

7.495

7.528

3.30

7.4546

FR0079

20 tahun

7.747

7.758

1.10

7.7184

Sumber: Refinitiv

 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) yang justru masih menguat. Indeks tersebut naik 0,22 poin (0,08%) menjadi 265,94 dari posisi kemarin 265,72.

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 533 bps, melebar dari posisi kemarin 530 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 1,2 bps hingga 1,75% dari posisi kemarin 1,76%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar lebih menantikan inversi pada yield tenor 3 tahun-5 tahun, 3 bulan-10 tahun, dan 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS kian dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 2 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 24 Okt'19 (%)

Yield 25 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.674

1.666

3 bulan-5 tahun

8.9

UST 2020

2 Tahun

1.582

1.582

2 tahun-5 tahun

0.5

UST 2021

3 Tahun

1.583

1.575

3 tahun-5 tahun

-0.2

UST 2023

5 Tahun

1.585

1.577

3 bulan-10 tahun

-8.8

UST 2028

10 Tahun

1.766

1.754

2 tahun-10 tahun

-17.2

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.050,84 triliun SBN, atau 38,9% dari total beredar Rp 2.701 triliun berdasarkan data per 24 Oktober.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 157,59 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 12,19 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 21,45 triliun.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 1,38%. Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas malah mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 24 Okt'19 (%)

Yield 25 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.56

6.55

-1.00

China

3.234

3.255

2.10

Jerman

-0.405

-0.387

1.80

Prancis

-0.107

-0.088

1.90

Inggris

0.625

0.648

2.30

India

6.678

6.67

-0.80

Jepang

-0.145

-0.142

0.30

Malaysia

3.436

3.45

1.40

Filipina

4.632

4.593

-3.90

Rusia

6.52

6.47

-5.00

Singapura

1.705

1.701

-0.40

Thailand

1.555

1.54

-1.50

Amerika Serikat

1.766

1.754

-1.20

Afrika Selatan

8.215

8.16

-5.50

Sumber: Refinitiv 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/irv)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2BEvdlJ
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment