Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastucture Tbk (TBIG) terkoreksi 2,33% ke level Rp 6.275/saham di tengah rencana perseroan menerbitkan surat utang global atau notes dalam dolar senilai US$ 650 juta atau setara dengan Rp 9,1 triliun dengan acuan kurs Rp 14.141/US$.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pukul 15.38 WIB, saham TBIG juga sudah melemah dalam sepekan terakhir 4,92%. Asing hari ini keluar Rp 6,60 miliar, dan secara tahun berjalan asing keluar Rp 992 miliar di semua pasar.
Mengacu data prospektus tambahan TBIG, rencananya, dana hasil penerbitan obligasi akan dipakai untuk melunasi utang jatuh tempo dan ekspansi usaha.
Tower Bersama akan meminta persetujuan pemegang saham pada Rabu, 30 Oktober 2019 mendatang dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) mengenai rencana transaksi tersebut.
"Penerbitan notes akan memperhatikan kondisi perseroan untuk memperoleh pembiayaan pengembangan entitas anak dan mendiversifikasi basis kreditur," tulis pengumuman Tower Bersama, Senin (28/10/2019).
Notes tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek Singapura yang ditujukan kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan perseroan, yaitu investor global.
Adapun, jatuh tempo pembayaran utang pokok paling lama 10 tahun sejak diterbitkan dan jatuh tempo pembayaran bunga setiap 6 bulan. Bunga notes ini ditetapkan maksimal 6% per tahun dengan bunga tetap.
Dalam pengumuman terbaru, rencana transaksi ini belum dan tidak akan dilaksanakan oleh TBG Global Pte Ltd. Padahal sebelumnya, RUPS yang berlangsung 21 Mei 2019 menyetujui rencana TBG Global Pte Ltd, yang merupakan entitas anak Tower Bersama menerbitkan surat utang global US$ 850 juta di mana TBIG akan bertindak sebagai pemberi jaminan.
Dalam prospektus, TBIG menyampaikan dana hasil penerbitan notes akan dipakai untuk membiayai rencana ekspansi usaha di masa yang akan datang dan menunjang kebutuhan pendanaan perseroan.
Ekspansi yang akan dilakukan tersebut meliputi perencanaan jaringan, akuisisi lahan dan perijinan, desain infrastruktur dan konstruksi, instalasi jaringan dan manajemen proyek tower telekomunikasi, perluasan jaringan hingga pemeliharaan site selama masa penyewaan infrastruktur.
Nilai rencana transaksi ini setara 274,9% dari nilai ekuitas perseroan hingga Juni 2019. Tercatat, ekuitas perseroan pada paruh pertama tahun ini Rp 3,34 triliun. Karena nilai rencana transaksi tersebut lebih dari 50% dari nilai ekuitas, maka harus mendapat persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB Oktober mendatang.
Menilik dari sisi kinerja keuangan perseroan, pada Juni 2019, Tower Bersama membukukan pendapatan Rp 2,27 triliun, naik 8,8% dari periode Juni 2018 sebesar Rp 2,07 triliun.
Laba bersih yang dapat diatribusikan terhadap entitas induk pada Juni 2019 sebesar Rp 382,12 miliar, terkoreksi 4,97% dari periode sama tahun lalu Rp 402,12 miliar.
(tas)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2paddgu
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment