Pada pukul 20:58 WIB, emas diperdagangkan menguat US$ 1.498,35/troy ons, menguat 0,45% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya emas sempat mencapai level US$ 1.501,21/troy ons.
Buruknya data ekonomi AS malam ini membuat pelaku pasar semakin yakin suku bunga di AS akan dipangkas lagi di akhir bulan ini, yang menguntungkan bagi emas.
Departemen Perdagangan AS melaporkan pada pesanan barang tahan lama AS turun 1,1% di bulan September secara month-on-month (MoM). Sementara, pesanan barang tahan lama inti (tak memasukkan sektor transportasi) turun 0,3% MoM. Penurunan tersebut lebih buruk dari prediksi Forex Factory masing-masing pada 0,5% dan 0,2%.
Berdasarkan data dari piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 93,5% bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).
Meski menguat lagi, tren kenaikan harga emas dikatakan sudah berakhir oleh chief commodities economist di Capital Economics, Caroline Bain. Capital Economics merupakan lembaga riset makroekonomi ternama yang berbasis di London.
Melansir kitco.com, Bain memproyeksikan harga emas dunia berada di kisaran US$ 1.350/troy ons di akhir 2020. "Tren kenaikan harga emas sudah berakhir," ujarnya.
Untuk tahun 2021, harga emas diprediksi masih akan turun lagi ke kisaran US$ 1.250/troy ons. Sementara untuk akhir tahun ini, harga emas diprediksi akan berada di kisatan US$ 1.500/troy ons. "Di tahun ini, harga emas diuntungkan oleh ketidakpastian ekonomi, peningkatan tensi geopolitik, serta pemangkasan suku bunga di AS" kata Bain.
Capital Economics memprediksi di tahun depan pertumbuhan ekonomi global akan membaik, yang membuat selera terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar meningkat, dampaknya emas tidak akan menarik lagi. Bain mengatakan "investasi terbaik" untuk tahun depan bukan logam mulia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/31EJeKx
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment