Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diramal mampu mencapai 5,08%. Prediksi ini jauh dari target pemerintah 5,3% pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi untuk dua kuartal akhir tahun ini akan ditentukan oleh nilai investasi yang masuk ke dalam negeri. Selain itu juga kinerja ekspor yang memang masih cukup berat di tahun ini.
"Kita lihat kuartal III dan IV mungkin yang harus kita lihat adalah investasi apakah masih akan tetap di level 5% itu, dan tadi dinamika ekspor impor," ujarnya, di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Senin (14/10/2019).
Selain itu, konsumsi rumah tangga dinilai masih akan menjadi pendorong utama perekonomian dalam negeri. Oleh karenanya, terkendalinya harga pangan diharapkan konsumsi masyarakat masih tinggi.
"Kalau konsumsi kita harap dengan adanya stabilitas harga bahkan ada deflasi kita mengharap konsumsinya posisi indeks confidence-nya dari konsumen cukup kuat. Jadi kita berharap akan tetap bisa terjaga di 5%," tegasnya.
Sedangkan untuk neraca dagang yang dirilis esok hari oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Sri Mulyani menilai masih penuh tantangan. Terutama karena ketegangan dagang antara AS dan China yang belum ada kesepakatan positif.
"Pokoknya kita melihat dari sisi perkembangan perekonomian secara global kan masih diliputi ketidakpastian. Dari dalam negeri, kita lihat dari komponen-komponen yang terpengaruh oleh dinamika global itu ekspor impor kita. Saya berharap penurunan ekspor yang selama ini terjadi bisa lebih kecil," kata dia. (wed/wed)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/35sx8aJ
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment