Friday, October 11, 2019

Manis Manja! Data Investor Asing dan Harga SUN Sama-Sama Naik

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat seiring dengan sentimen positif dari pasar keuangan global di mana prospek damai dagang yang lebih positif dan lebih baik daripada prediksi telah menerbangkan pasar saham.Penguatan tersebut semakin manis bagi pasar obligasi mengingat kemarin nilai kepemilikan investor asing kembali mengukir rekor tertinggi baru. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 2,8 basis poin (bps) menjadi 7,25%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri 10 tahun kebetulan juga menjadi seri terpopuler di antara seri acuan lain.

 

 

Yield Obligasi Negara Acuan 11 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 10 Okt'19 (%)

Yield 11 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 11 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.684

6.684

0.00

6.6311

FR0078

10 tahun

7.282

7.254

-2.80

7.2151

FR0068

15 tahun

7.708

7.701

-0.70

7.6749

FR0079

20 tahun

7.883

7.879

-0.40

7.8546

Sumber: Refinitiv

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,25 poin (0,09%) menjadi 262,46 dari posisi kemarin 262,71.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa turun drastis menjadi 553 bps, menyempit dari posisi kemarin 562 bps. Yield US Treasury 10 tahun meroket 6,1 bps hingga 1,71% dari posisi kemarin 1,65%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

 

Yield US Treasury Acuan 11 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 10 Okt'19 (%)

Yield 11 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.687

1.689

3 bulan-5 tahun

15

UST 2020

2 Tahun

1.53

1.587

2 tahun-5 tahun

4.8

UST 2021

3 Tahun

1.493

1.552

3 tahun-5 tahun

1.3

UST 2023

5 Tahun

1.477

1.539

3 bulan-10 tahun

-2.6

UST 2028

10 Tahun

1.656

1.715

2 tahun-10 tahun

-12.8

 

Sumber: Refinitiv

 

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.033 triliun SBN, atau 38,46% dari total beredar Rp 2.687 triliun berdasarkan data kemarin, 10 Oktober.

Nilai kepemilikan tersebut kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa dan menyalip rekor nilai kepemilikan asing sebelumnya yaitu pada 9 Oktober.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 140,57 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,04 triliun dan sejak awal bulan sudah surplus Rp 4,43 triliun.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 1,36% dan 0,16%. IHSG bahkan sempat menjadi indeks terkuat kedua hari ini.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara justru naik.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah dan lebih memilih pasar saham karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 10 Okt'19 (%)

Yield 11 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.83

6.77

-6.00

China

3.163

3.163

0.00

Jerman

-0.49

-0.453

3.70

Prancis

-0.199

-0.175

2.40

Inggris

0.583

0.685

10.20

India

6.679

6.727

4.80

Jepang

-0.179

-0.177

0.20

Malaysia

3.402

3.405

0.30

Filipina

4.682

4.707

2.50

Rusia

6.72

6.7

-2.00

Singapura

1.656

1.687

3.10

Thailand

1.515

1.53

1.50

Amerika Serikat

1.656

1.717

6.10

Afrika Selatan

8.225

8.245

2.00

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/irv)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2q5ndrm
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment