Sejak pekan lalu, harga emas dunia tidak sekalipun mampu menyentuh level psikologis US$ 1.500/troy ons, dan Senin kemarin mengalami pelemahan 0,37%. Sementara tadi malam hingga pukul 20:16 WIB, harga emas di pasar spot berada pada harga US$ 1.487,27/Oz.
Kondisi saat ini sebenarnya masih mendukung untuk harga emas untuk menguat, meski tidak terlalu tajam lagi. Data-data terakhir menunjukkan ekonomi AS terlihat masih loyo, sehingga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi akan memangkas suku bunga di akhir bulan ini.
Berdasarkan data FedWacth milik CME Group, pada pukul 20:25 WIB pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 93,5% The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).
Pemangkasan suku bunga oleh The Fed seharusnya berdampak positif bagi emas. Harga emas dunia dibanderol dengan dolar AS, kala The Fed memangkas suku bunga dolar AS akan melemah. Harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, permintaan bisa meningkat, dan harganya pun berpeluang menguat.
Dolar AS sebenarnya sedang dalam posisi lemah saat ini akibat kuatnya probabilitas pemangkasan suku bunga di AS. Indeks dolar AS, yang menjadi tolak ukur kekuatan dolar AS, kini berada di level terlemah dua bulan.
Sepanjang bulan ini, indeks dolar sudah melemah 2,11%, tetapi harga emas seakan tak merespon pelemahan dolar tersebut. Hal tersebut menunjukkan daya tarik emas mulai menurun dan mulai ditinggalkan investor.
Tanda emas mulai ditinggalkan sebagai aset investasi adalah turunnya posisi bullish, artinya investor yang memegang posisi beli emas sudah mulai berkurang. Berdasarkan laporan CNBC International, hedge fund dan money manager sudah mengurangi posisi bullish dalam kontrak emas dan perak di Comex.
Selain itu data dari Commodity Futures Trading Commission's (CFTC) menunjukkan posisi net buy emas pada pekan lalu turun menjadi 253.000 kontrak dari sebelumnya 275.600 kontrak di bursa berjangka Chicago dan New York.
Satu tanda lagi, total holding aset di SPDR Gold Trust, ETF berbasis emas fisik terbesar dunia, juga menunjukkan penurunan. Pada Selasa pekan lalu, Reuters melaporkan holding di SPDR Gold Trust menurun sebesar 0,22% menjadi 919,66 ton.
Penurunan-penurunan tersebut bisa jadi sinyal awal emas akan ditinggalkan oleh pelaku pasar, apalagi jika AS-China akhirnya menandatangani kesepakatan dagang, dan pertumbuhan ekonomi global akhirnya membaik serta menghilangnya ancaman resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/35UhTHI
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment