Wednesday, July 17, 2019

Mandiri Cetak Laba Rp 13,5 T, Investor Desak OJK Periksa AISA

Jakarta, CNBC Indonesia -Bursa saham domestik belum beranjak dari pelemahan sepanjang perdagangan Rabu kemarin (17/6/2019). IHSG terkoreksi 0,11% ke level 6.394,61 hingga pasar ditutup.

Tampaknya, pelaku pasar masih menantikan arah kebijakan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung 17-18 Juli ini.

Sinyal yang mengemuka dari pelaku pasar, bank sentral Indonesia diperkirakan akan menurunkan bunga acuan bulan ini.


Tidak sendirian melemah, bursa saham di Asia lainnya juga tergelincir. Indeks Nikkei melemah 0,31%, indeks Shanghai melemah 0,2%, indeks Hang Seng turun 0,09%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,91%.

Sebelum perdagangan Kamis ini (18/7/2019) dibuka, ada baiknya kembali mencermati aksi dan peristiwa emiten sebagaimana dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia:

1.Semester I-2019, Laba Bank Mandiri Naik 11% Jadi Rp 13,5 T
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan laba bersih Rp 13,5 triliun pada semester I -2019. Angka ini naik 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 12,2 triliun.

"Mandiri berhasil mempertahankan pertumbuhan yang sustain, dengan outlook poisitif," kata Direktur Bank Mandiri Hery Gunardi di Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Pertumbuhan kredit mencapai 12,1% menjadi Rp 690,5 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara non performing loan (NPL), turun dari 3,13% jadi 2,59%.

2.Merrill Lynch Tutup Bisnis Broker di Indonesia
PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (MLSI) resmi menutup aktivitas perantara pedagang efek atau brokerage di Indonesia. Menurut sumber CNBC Indonesia yang mengetahui hal ini, setelah tak lagi menjalankan bisnis brokerage, MLSI masih tetap menjalankan bisnis keuangan di Indonesia sebagai investment banking.

"Rencana tutup (bisnis brokerage) sudah lama, lebih dahulu dibandingkan Deutcsche (PT Deutsche Sekuritas Indonesia). Mereka (MLSI) tak lagi menjalankan bisnis brokerage otomatis status Anggota Bursa (AB) akan dicabut," kata sumber tersebut kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/07/2018).

Sumber tersebut menyebutkan, salah satu alasan broker dengan kode ML tersebut menutup bisnis brokernya adalah keuntungan yang semakin tipis dari bisnis tersebut.

"Tapi tidak tutup sepenuhnya loh ya. Mereka masih menjalankan bisnis investment banking," tutur sumber tersebut.


Merrill Lynch tetap menjalankan bisnis perdagangan saham (brokerage). Namun broker asal negeri Paman Sam ini akan menggunakan jasa pihak ketiga untuk ikut bertransaksi.

Merrill Lynch Sekuritas Indonesia diketahui tidak melakukan transaksi perdagangan saham sejak 11 Juli 2019 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data perdagangan BEI mencatat, sekuritas ini terakhir kali bertransaksi saham pada Rabu, 10 Juli lalu.

3.PLN Terbitkan Obligasi & Sukuk Rp 4,2 T
PT PLN (Persero) menerbitkan surat utang dalam bentuk obligasi dan sukuk senilai total Rp 4,20 triliun. Kedua surat utang ini ditawarkan masing-masing dalam lima seri dengan tingkat bunga 8%-9,975%.

Berdasarkan informasi yang dirilis di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), khusus obligasi PLN yang akan diterbitkan nilainya sebesar Rp 2,95 triliun.

Obligasi ini bernama Obligasi Berkelanjutan III PLN Tahap IV Tahun 2019.
Obligasi ini terdiri dari Seri A dengan nilai emisi Rp 637 miliar dan tingkat bunga 8,00% bertenor 5 tahun. Seri B senilai Rp 315,25 miliar dengan bunga 8,5% dan tenor 7 tahun. Seri C dan D memiliki nilai emisi Rp 549 miliar dan Rp 395 miliar, dengan bunga masing-masing 8,7% dan 9,5% dan tenornya 10 tahun dan 15 tahun.

Terakhir Seri E dengan nilai emisi RP 1,05 triliun diberikan kupon 9,975% dan tenor 20 tahun.

Obligasi ini akan mulai ditawarkan kepada calon investor pada 26-29 Juli 2019 dan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Agustus 2019.


4.Hapus Pencatatan Saham, SCBD Wajib Tender Offer

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan PT Danayasa Arthatama Tbk (SCBD) memiliki kewajiban untuk melakukan pembelian kembali atas saham yang beredar di publik (tender offer) sebelum menghapuskan perdagangan sahamnya (delisting) dari bursa.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI IGD N Yetna Setia mengatakan bursa juga akan melakukan pemanggilan manajemen perusahaan untuk melakukan hearing atas alasan perusahaan untuk delisting ini.

"Perseroan menginformasikan rencana voluntary delisting. Kita akan melakukan haering di minggu ini untuk mengklarifikasi hal tersebut. Pelaksanaan akan merujuk peraturan mengenai Delisting-Relisting. Ada kewajiban unutk membeli saham kembali," kata Yetna di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu (17/7/2019).

Perdagangan saham SCBD sudah hentikan sementara (suspensi) di pasar reguler sejak 31 Juli 2019 lalu dan Rabu kemarin di pasar negosiasi juga telah disuspensi. Dengan demikian saham perusahaan ini sudah tak lagi dapat diperdagangkan.
Market - BMRI Raup Laba Rp 13,5 T, Investor Desak OJK PeriksaFoto: Ketua Forum Investor Ritel AISA Deni Alfianto Amris. (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)

5.Investor Desak OJK Periksa AISA
Investor ritel pemilik saham emiten konsumer PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) atau TPS Food yang tergabung dalam Forum Investor Ritel AISA (Forsa), mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera menyelesaikan kasus yang menjerat perseroan.

Tidak hanya itu, investor ritel juga meminta adanya kepastian hukum atas dugaan penggelapan, manipulasi dan pencucian uang yang dilakukan mantan direksi TPS Food.

"Kami meminta OJK melakukan sinergi dengan penyidik Polri, kalau dengan sinergi kasus ini akan lebih cepat terungkap," kata Ketua Forum Investor Ritel AISA Deni Alfianto Amris , saat jumpa pers di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (17//7/2019).

Forsa saat ini mewakili 6% dari seluruh saham publik di perusahaan produsen makanan ringan merek Taro tersebut. Rinciannya, 16.000 investor ritel publik, empat perusahaan dan 5.000 karyawan.
(tas)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2GgDGyf
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment