Pada pukul 15:50 WIB, kurs riyal diperdagangkan di kisaran Rp 3.714 atau melemah 0.16% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di awal perdagangan riyal menyentuh level Rp 3.702, sama dengan yang dicapai pada Senin (15/7/19) lalu, dan menjadi level terlemah dalam satu tahun terakhir.
Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75% menjadi sentimen positif bagi rupiah. BI bahkan membuka peluang penurunan lagi di masa yang akan datang.
Pemangkasan dilakukan karena BI memiliki ruang lebih besar untuk melonggarkan kebijakan,terutama karena terjaganya inflasi. Ruang tersebut dimanfaatkan oleh BI untuk memacu perekonomian lebih kencang, sehingga berdampak positif bagi rupiah.
Penguatan rupiah bahkan terjadi saat harga minyak mentah melesat naik pada hari ini, yang tentunya menguntungkan bagi riyal.
Perekonomian Arab Saudi mengandalkan ekspor minyak mentah, kenaikan harga emas hitam ini akan berdampak positif bagi mata uangnya, sebaliknya jika turun berdampak negatif.
Untuk jenis minyak Brent (patokan pasar Asia dan Eropa), harganya melesat 1,4% sementara jenis West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi patokan pasar Amerika, naik 1,1% pada hari ini. Kenaikan ini akibat peningkatan ketegangan antara Amerika Serikat-Iran di Timur Tengah yang dikhawatirkan mengganggu jalur distribusi minyak mentah.
Kenaikan harga minyak mentah berdampak negatif bagi rupiah karena dapat meningkatkan beban impor. Tetapi sentimen positif dari pemangkasan suku bunga BI sepertinya masih lebih kuat.
Berikut tabel pergerakan riyal melawan rupiah sepanjang bulan Juli di pasar spot mengutip data Refinitiv.
TIM RISET CNBC INDONESIA
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2JETA7C
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment