Tuesday, August 20, 2019

Uji Nyali BI Jilid II: Beranikah Pangkas Bunga Hari Kamis?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini termasuk pekan yang sepi sentimen bagi pasar keuangan tanah air dari sisi domestik. Angka pertumbuhan ekonomi, neraca pembayaran, hingga perdagangan internasional semuanya sudah dirilis pada pekan-pekan sebelumnya. Namun, bukan berarti tak ada sama sekali sentimen dari dalam negeri yang patut dicermati.

Pada hari Rabu dan Kamis (21-22 Agustus), Bank Indonesia (BI) dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) guna menentukan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Keputusan terkait dengan tingkat suku bunga acuan terbaru akan diumumkan pada hari Kamis (22/8/2019).

Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan bahwa BI akan menahan tingkat suku bunga acuan alias 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%. Dari 12 ekonomi yang kami survei, hanya terdapat empat yang memperkirakan akan ada pemangkasan, yakni sebesar 25 basis poin (bps).

Sekedar mengingatkan, pasca menggelar RDG selama dua hari pada pertengahan bulan lalu, BI mengumumkan pemangkasan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps, dari 6% ke level 5,75%.

Pemangkasan tersebut terbilang historis lantaran menandai pemangkasan tingkat suku bunga acuan pertama sejak September 2017. Pada tahun 2018, tingkat suku bunga acuan dikerek naik oleh BI sebesar 175 bps.

Namun, pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps tersebut tentulah belum cukup guna mendongkrak laju perekonomian Indonesia. Untuk diketahui, saat ini perekonomian Indonesia sedang lesu, kurang bergairah.

Pada awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal II-2019. Sepanjang tiga bulan kedua tahun 2019, BPS mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh melambat dibandingkan capaian kuartal II-2018 kala perekonomian mampu tumbuh sebesar 5,27%. Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 juga melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,06% YoY.

Padahal, pada tiga bulan kedua tahun ini ada gelaran pemilihan umum (Pemilu) dan kehadiran bulan Ramadan yang diharapkan bisa mendongkrak konsumsi dan pertumbuhan ekonomi secara umum. Kenyataannya, perekonomian Indonesia tetap saja loyo.

Jelas dibutuhkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut guna merangsang laju perekonomian tanah air. Kala tingkat suku bunga acuan dipangkas lebih lanjut, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.

Ibarat mengendarai mobil, pada bulan lalu BI sudah memasukkan gigi dengan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps. Pertanyaannya kini, akankah BI menginjak gas dengan mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut?

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> The Fed Diekspektasikan Pangkas 75 Bps Lagi (ank/dru)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZfAF7N
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment