Tuesday, July 23, 2019

AS-China Mesra, Bursa Saham Asia Semringah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak menutup perdagangan hari ini di zona hijau: indeks Nikkei melonjak 0,95%, indeks Shanghai naik 0,45%, indeks Hang Seng menguat 0,34%, indeks Straits Times terapresiasi 0,47%, dan indeks Kospi bertambah 0,39%.

Kemesraan AS-China di bidang perdagangan sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Kini, terdapat kemungkinan yang sangat besar bahwa delegasi AS dan China akan segera menggelar negosiasi dagang secara tatap muka.

Pertemuan tatap muka antara delegasi kedua negara sangat mungkin dilakukan jika mencermati perkembangan positif yang ada saat ini. Melansir Bloomberg, kemarin (22/7/2019) waktu setempat Presiden AS Donald Trump mengundang pimpinan perusahaan-perusahaan teknologi untuk membahas berbagai masalah perekonomian, termasuk kemungkinan dibukanya lagi perizinan bagi mereka untuk melakukan penjualan ke Huawei.


Google, Broadcom, Cisco, Intel, dan Qualcomm termasuk dalam deretan perusahaan yang pimpinannya hadir untuk menemui Trump. Dari pertemuan ini, AS diketahui akan mengkaji kemungkinan untuk melonggarkan sanksi yang diberikan kepada Huawei.

"Mereka (para pimpinan perusahaan teknologi) meminta keputusan dari Kementerian Perdagangan terkait dengan lisensi (untuk menjual ke Huawei) dalam waktu dekat dan Presiden setuju," tegas Juru Bicara Gedung Putih Judd Deere, dilansir dari Bloomberg.

Sementara itu, media milik pemerintah China menyebut bahwa pelonggaran atas sanksi yang dikenakan kepada Huawei akan membuat pihak China melanjutkan pembelian atas kedelai dan komoditas pertanian asal AS lainnya.

Melansir Bloomberg, langkah yang diambil kedua negara saat ini (pelonggaran sanksi bagi Huawei dan pembelian produk agrikultur asal AS oleh China) dimaksudkan untuk membuka jalan bagi Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perdagangan AS Robert Lighthizer untuk bertandang ke China guna menggelar negosiasi dagang, di mana kunjungan ini rencanannya akan dilakukan pada pekan depan.

Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya yang sudah berlangsung begitu lama, perekonomian dunia tentu bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi.

Sebelumnya, perang dagang antara AS dengan China terlihat sudah sangat menyakiti laju perekonomian keduanya, berikut juga laju perekonomian dunia. Belum lama ini, biro statistik Negeri Panda mengumumkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China periode kuartal II-2019 berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.

Beralih ke AS, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun ini, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Yqf3Js
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment