Berbeda dengan industri petrokimia, untuk industri kimia, khususnya chlor alkali plant (CAP) bahkan belum bisa menyalakan pabriknya hingga saat ini. Untuk me-re-start membutuhkan waktu dan tenaga dua kali lipat dibandingkan operasional biasa.
Sekretaris Jenderal Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan shutdown pabrik terjadi selama lebih dari 40 jam. Setelah beroperasi siang ini, masih belum ada laporan terjadi gangguan lagi.
"Saya rasa baru hari ini semuanya bisa beroperasi, karena kan ada prosedurnya. Harus mengecek apakah ada kebocoran, atau dampak dari emergency shutdown ini. Kalau tidak ada ya bisa beroperasi penuh semua," kata Fajar saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (06/08/2019).
Kalaupun ada ganti rugi dari PLN, jumlahnya pun menurut Fajar tidak sebanding dengan total kerugiannya.
"Ganti rugi apanya, kan cuma 20% dari beban puncak. Kerugiannya lebih dari itu," katanya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan listrik menjadi bagian dari infrastruktur industri. Untuk sementara, industri berasumsi tegangan sudah aman dan pasokan listrik kembali stabil.
Airlangga mengharapkan ke depan harus ada kepastian dan keamanan dari pasokan listrik. Pasalnya yang terganggu bukan hanya industri kecil menengah (IKM) tetapi juga industri besar yang bergerak 24 jam.
"Kalau tipe pabrik yang bergerak 24 jam, sekali dia berhenti tidak bisa langsung naik. Apalagi kebutuhannya nanti untuk memulai butuh dua kali lipat tenaga listriknya," kata Airlangga.(hoi/hoi)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/31puRdB
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment