Sepanjang tahun 2019, harga saham bank pimpinan Suprajarto tersebut sudah melejit hingga 18,03%.
Kinerja keuangan perusahaan yang begitu mengkilap sukses membuat pelaku pasar kembali memburu sahamnya. Pada kuartal II-2019, perusahaan tercatat membukukan pendapatan bunga bersih/net interest income (NII) senilai Rp 20,51 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv senilai Rp 19,18 triliun. Sementara itu, laba bersih perusahaan pada tiga bulan kedua tahun ini tercatat mencapai Rp 8 triliun, juga mengalahkan konsensus yang senilai Rp 7,74 triliun.
Untuk periode semester I-2019, NII perusahaan tercatat mencapai Rp 39,92 trliun, naik 4,38% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, laba bersih adalah senilai Rp 16,16 triliun, melejit 8,56%.
Per akhir semester I-2019, perusahaan tercatat memiliki total aset senilai Rp 1.288,2 triliun.
Untuk diketahui, di sepanjang tahun ini harga saham perusahaan tak henti-hentinya mencetak rekor. Pada penutupan perdagangan tanggal 16 Juli 2019, harga saham perusahaan ditutup di level Rp 4.550/unit, menandai level penutupan tertinggi sepanjang sejarah.
Investor asing berperan besar dalam mendongkrak kinerja saham BBRI. Sepanjang tahun ini, BBRI menjadi saham yang paling banyak dikoleksi oleh investor asing di pasar reguler dengan nilai bersih Rp 2,58 triliun, melansir data RTI.
Kinerja keuangan perusahaan yang begitu menggembirakan membuat investor, baik domestik maupun asing, berbondong-bondong mengoleksi saham BBRI di sepanjang tahun ini.
Untuk diketahui, pada tahun 2016 laba bersih perusahaan hanya tumbuh di kisaran satu digit yakni 3,3%. Pada tahun 2017 dan 2018, laba bersih perusahaan melejit menjadi masing-masing sebesar 10,5% dan 11,6%. Pada kuartal I-2019, pertumbuhan laba bersih perusahaan kembali bisa dijaga di kisaran dua digit, yakni 10,3% secara tahunan.
Keberhasilan dalam mempertahankan margin bunga bersih/net interest margin (NIM) di level yang tinggi menjadi kunci sukses perusahaan. Per semester I-2019, NIM perusahaan berada di level 7,02%.
Sebagai informasi, NIM merupakan selisih dari bunga yang didapatkan perbankan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah, dibagi dengan total aset yang menghasilkan bunga. Semakin besar NIM, maka tingkat profitabilitas sebuah bank akan semakin besar.
Bahkan, tak berlebihan jika NIM dikatakan sebagai 'nyawa' dari operasional sebuah bank. Dengan NIM yang lebih besar, sebuah bank bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi kala menyalurkan kredit dalam besaran yang sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2H6dcQ6
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment