Dikutip dari detik.com, lima pohon itu berdiri sejajar yaitu 1 pohon Randu Alas, 2 pohon Sengon Jawa, dan 2 pohon Mahoni. Kala itu, terdengar suara ledakan dari menara sutet Gunungpati, Semarang, ketika kejadian ledakan pada Minggu (4/8) lalu suara ledakan diawali dari pohon Randu Alas kemudian 30 menit kemudian diikuti pohon lainnya. Kejadian pertama sekitar pukul 11.20 WIB.
"Jadi ledakan tiap pohon ini, 5 kali. Yang Mahoni ini sampai pecah bagian tiang telepon," kata Ketua RT 01 RW 06 Kelurahan Gunungpati, Kecamatan Gunungpati, Semarang, Supraptyo, Selasa (6/8/2019).
Tim Labfor Mabes Polri dan Inafis Polrestabes Semarang yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) terlihat mengukur pohon-pohon tersebut dan mencatatnya. Supraptyo yakin pohon tersebut meski tinggi masih ada jarak dengan kabel Sutet jalur transmisi 500 KV interkoneksi Jawa Bali itu.
"Masih ada jarak, aslinya tidak nempel, mungkin karena kabelnya itu tegangan tinggi ya," ujarnya.
Sementara itu pihak PLN yang mendampingi kepolisian, Ricardo SIregar selaku Manager Unit PLN Semarang, mengatakan peristiwa tersebut bukan kabel Sutet meledak. Ia belum bisa menyebutkan pasti peristiwa yang terjadi karena investigasi masih dilakukan, namun diduga ada semacam kilatan petir atau percikan yang menyentuh pohon.
"Semacam petir menembus gitu ya. Nah kenapa bisa tembus itu kita cari tahu. Semacam petir yang meloncat," ujar Ricardo.
"Tapi nanti pastinya nunggu hasil investigasi saja ya," imbuhnya.
Namun, ditemui di kesempatan terpisah, Plt Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani belum dapat memastikan apakah pohon yang menjadi penyebab utama gangguan tersebut. Pasalnya, saat ini pihaknya masih melakukan investigasi terkait apa yang menjadi sumber masalah.
"Sistem pembangkit Jawa-Bali itu sangat kompleks, ada 250 pembangkit, kemudian 500 gardu induk, kemudian 5000 kms transmisi 500 kV dan juga 7000 km transmisi 150 kv. Jadi, kalau persoalan pemadaman kemarin itu bukan penyebab tunggal. Mohon izin berikan kami waktu untuk lakukan investigasi dengan menyeluruh," ujar Inten saat dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Adapun, Ketua Dewan Internasional Sistem Listrik Besar (Conseil International des Grands Reseaux Electriques/CIGRE), Herman Darnel Ibrahim, pun mencoba menjelaskan.
Menurutnya, kondisi kelistrikan Indonesia bisa disetarakan dengan badan manusia. "Orang hidup itu pasti jaga kesehatan, harus ada medical checkup juga. Tapi begitu sudah sehat, tetap ada kemungkinan untuk mati karena kecelakaan dan apapun," jelasnya, Selasa (6/8/2019).
Ia mengatakan, sistem listrik Indonesia sebenarnya tidak begitu rentan, dan sudah ada langkah-langkah mitigasi untuk antisipasi terjadinya insiden yang bisa ancam pasokan listrik. Mulai dari sistem transmisi, pembangkit, yang semuanya sudah diatur dan diamankan oleh SOP yang diatur pemerintah.
Namun kejadian kemarin, jika dilihat dari kronologis yang dipaparkan oleh PLN, penyebabnya bertumpuk. "Gangguan pertama memang dari transmisi, tapi saat mitigasi ternyata ada trip juga di pembangkit," kata dia. Menurut informasi yang didapatkan, pembangkit tersebut adalah milik swasta, dan mengakibatkan sistem langsung down dan akhirnya terjadi black out besar.
"Akibatnya, harus dinyalakan lagi dari awal. Nah memang ini membutuhkan waktu lebih lama karena menyalakan pembangkit itu perlu proses berjam-jam."
PLN, kata dia, biasanya memitigasi risiko dengan sistem N-1 artinya jika terjadi gangguan di satu infrastruktur sudah diantisipasi dengan mengandalkan sistem lainnya. Nah, kejadian kemarin tepatnya adalah N-2 karena gangguan tak diduga beruntun terjadi dia lebih dari satu infrastruktur. "Ini yang belum, semestinya memang untuk Jakarta dan kota strategis itu antisipasinya bisa N-2, namun perlu biaya lebih mahal juga untuk perawatannya."
Herman mengatakan, untuk mengetahui akar penyebab blackout lazimnya harus dilakukan investigasi yang melibatkan para ahli dari luar PLN. Semua data recorders dan data peralatan dikumpulkan dan dianalisis oleh tim penyelidik yang dibentuk.
"Kemudian, dibahas kemungkinan-kemungkinan penyebab lalu disimpulkan penyebabnya, misal kelemahan peralatan, defects pada komponen, kelemahan sistem proteksi atau setting-nya atau bisa juga faktor SDM/human error," pungkasnya.
(gus/gus)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/31kd1Zl
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment