Opsi tersebut mengemuka menyusul pernyataan dari Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Berbicara di Gedung Putih dalam sesi briefing dengan reporter pada hari Senin (15/7/2019), Mnuchin mengatakan bahwa negosiasi tatap muka di Beijing mungkin terjadi jika perbincangan melalui sambungan telepon yang akan digelar pada minggu ini berlangsung produktif.
"Kami berencana menggelar perbincangan tingkat tinggi melalui sambungan telepon pada pekan ini dan jika kami membuat kemajuan yang signifikan, saya rasa ada peluang yang besar bahwa nantinya kami (Mnuchin & Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer) akan bertandang ke sana," kata Mnuchin seperti dikutip CNBC Indonesia dari Bloomberg, Selasa (16/7/2019).
Pembicaraan via sambungan telepon yang direncanakan pada pekan ini akan menjadi pembicaraan tingkat tinggi kedua sejak Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata dalam perang dagang kedua negara.
Kesepakatan ini terjadi selepas keduanya bersua di sela-sela gelaran KTT G20 pada akhir bulan lalu. Kedua pemimpin kemudian sepakat untuk memulai kembali negosiasi yang sebelumnya sempat terhenti pada bulan Mei.
Sebelum Mnuchin berbicara kepada media, dalam kesempatan terpisah Trump mengindikasikan bahwa bea masuk yang diterapkan AS terhadap China telah menghasilkan hasil yang sesuai harapan, yakni menekan laju perekonomian Negeri Panda.
"Bea masuk dari AS memiliki pengaruh yang sangat besar dengan mendorong perusahaan-perusahaan untuk meninggalkan China dan pindah ke negara-negara yang tak dikenakan bea masuk oleh AS. Inilah alasan China ingin meneken kesepakatan," cuit Trump melalui akun Twitternya, @realDonaldTrump.
Cuitan tersebut diposting beberapa jam setelah China merilis angka pertumbuhan ekonominya. Pada kuartal II-2019, negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia itu hanya membukukan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan ekonomi terlambat sejak tahun 1992.
AS Tagih Janji China
Sementara itu, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengindikasikan bahwa kemajuan dalam negosiasi dagang dengan China akan ditentukan oleh pembelian produk agrikultur asal AS oleh Negeri Panda.
Sebagai informasi, pada pekan lalu Trump mengeluh bahwa China tidak menepati janji yang diikrarkan Xi dalam pertemuan dengannya di sela-sela KTT G20, yakni janji untuk meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS.
China kemudian membela diri dengan menyebut bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak kedelai, jagung, dan babi asal AS sebagai wujud etikat baik. Akan tetapi, banyaknya pembelian akan bergantung pada kemajuan dalam negosiasi dagang kedua negara.
Kudlow menyebut pihaknya berharap bahwa China akan mengumumkan pembelian yang signifikan atas produk agrikultur asal AS.
"Kami berharap China akan segera mengumumkan pembelian produk dan jasa agrikultur yang besar dari AS," kata Kudlow, dilansir dari Bloomberg. (ank/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2lDYisH
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment