Wednesday, July 17, 2019

Jokowi dan Menkeu Tak Respons, Investor Desak OJK Periksa AISA

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor ritel pemilik saham emiten konsumer PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) atau TPS Food yang tergabung dalam Forum Investor Ritel AISA (Forsa), mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera menyelesaikan kasus yang menjerat perseroan.

Tidak hanya itu, investor ritel juga meminta adanya kepastian hukum atas dugaan penggelapan, manipulasi dan pencucian uang yang dilakukan mantan direksi TPS Food.

Ketua Forum Investor Ritel AISA Deni Alfianto Amris menuturkan, saat ini nasib investor ritel AISA terkatung-katung. Forsa saat ini mewakili 6% dari seluruh saham publik di perusahaan produsen makanan ringan merek Taro tersebut. Rinciannya, 16.000 investor ritel publik, empat perusahaan dan 5.000 karyawan.
Invetor Ritel Minta OJK Selesaikan Kasus AISA Foto: Ketua Forum Investor Ritel AISA Deni Alfianto Amris. (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)

Data laporan keuangan terakhir AISA (per Desember 2017) mencatat saham publik di AISA sebanyak 1.054.561.127 saham, atau 32,75% saham Seri B, sementara mayoritas saham Seri B AISA dimiliki oleh PT Tiga Pilar Corpora 20,74%.


Deni menuturkan bahwa ada salah satu anggotanya, pedagang sate di Bali yang berinvestasi Rp 500 juta di saham AISA. Namun karena menguapnya kasus ini, investor ritel itu mengalami kerugian (cut loss) hingga 80%.

"Kami meminta OJK melakukan sinergi dengan penyidik Polri, kalau dengan sinergi kasus ini akan lebih cepat terungkap," kata Deni, saat jumpa pers di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (17//7/2019).

Beredarnya kabar soal penangguhan penahanan atas direksi lama AISA, Stefanus Joko Mogoginta dan Budhi Istanto Suwito juga turut dipertanyakan Deni.

Keduanya ditahan di Badan Reserse Kriminal Polri lewat surat penahanan SP.Han/48/VII/2019/Dit Tipidum dan SP.Han/49/VII/2019/Dit Tipidum. Forsa menginginkan penangguhan penahanan dibatalkan demi adanya keadilan dan kepastian hukum di pasar modal.

Sebetulnya, bukan kali ini saja Forsa mengadu. Segala upaya telah dikerahkan, termasuk menyurati Presiden Joko Widodo dan ditembuskan kepada jajaran terkait seperti Kapolri, Menteri Keuangan, agar kasus ini tidak dibiarkan mengendap. Namun, hasilnya masih saja nihil.

Dessy, ibu rumah tangga, anggota dari Forsa, mengaku telah menempuh sejumlah langkah, termasuk menyurati pihak OJK. Namun, respons yang diterimanya selalu sama dan belum menunjukkan ada tanda-tanda kasus ini akan diselesaikan.

"Jawaban dari OJK selalu masih dalam proses. Kami sungguh sangat kecewa," ujar Dessy, dalam kesempatan yang sama.


Padahal, kata dia, kasus ini harus terungkap agar investor ritel lain mendapat kejelasan. Dessy menuturkan, yang berinvestasi di instrumen saham AISA adalah anaknya yang dimulai sejak 2015 lalu. Awalnya, dia mengira, AISA memiliki kinerja keuangan yang baik dan digadang-gadang memiliki prospek baik ke depan.

"Kasus ini sangat penting, untuk generasi muda yang baru belajar saham, saat ini anak-anak saya nabung saham tidak ada perlindungan dari pemerintah. OJK harus menindak tegas dan mendukung kami, investor ritel," jelasnya lagi.

Hengky Koestanto, Direktur Utama AISA, sebelumnya mengatakan manajemen perseroan akan fokus pada bisnis di divisi Food. Namun fokus bisnis TPS Food hanya pada jenis makanan mie dan bihun kering, dan makanan ringan (snack) Taro. Bisnis ini telah menjadi motor penggerak perusahaan selama 2 tahun terakhir.

"Group TPS Food akan kembali fokus pada bisnis makanan. Produk-produk unggulan seperti mie dan bihun Superior, Taro, Gulas, Bihun Tanam Jagung, dan Mie Telor Cap Ayam Dua Telor masih menjadi ujung tombak Group TPS Food dalam berkiprah di bisnis makanan," kata Hengky.

Demi bertahan, perseroan juga akan menggelar penerbitan saham baru tanpa memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non-HMETD) alias private placement.

TPS Food bakal menerbitkan sebanyak-banyaknya 1,56 miliar saham baru. Jumlah itu setara dengan 32,77% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh perusahaan, dengan nominal Rp 200/saham. Hingga saat ini saham perusahaan masih dihentikan perdagangannya (suspensi) oleh BEI sejak 5 Juli 2018.

Simak ulasan private placement TPS Food.

[Gambas:Video CNBC]

(tas)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2xMrwZh
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment