Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja mengatakan jika Indonesia ingin menjaga keseimbangan perdagangan dengan China, caranya dengan mengawasi perdagangan kita dengan China dan mengawasi permintaan di dalam negeri terhadap produk China.
"Untuk pengawasan perdagangan, tentunya pemerintah Indonesia harus punya data yang credible dan lengkap terkait barang apa saja yang diimpor dari China, berapa harganya, berapa kebutuhannya per tahun di dalam negeri dan siapa yang membutuhkan," kata Shinta.
Setelah data dalam periode waktu tertentu terkumpul, pemerintah bisa melihat kebutuhan impor terhadap barang dari China.
"Sehingga ketika ada lonjakan impor yang drastis, misalnya lebih dari 40% rata-rata impor tahunan, kita bisa langsung membuka investigasi trade remedies (dumping, subsidi atau safeguard)," lanjut Shinta.
Selain itu, pemerintah juga diminta bersikap tegas dalam menginspeksi di pelabuhan untuk mencegah adanya pemalsuan dan manipulasi dokumen-dokumen impor.
Lalu untuk pengawasan permintaan di dalam negeri, Shinta mengatakan pengawasan lebih ditujukan pada kuantitas dan kualitas produk di Indonesia.
"Yang saya maksudkan di sini bukan dalam arti bahwa kita perlu men-set up izin khusus untuk impor dari China karena sebetulnya ijin juga tidak berlaku efektif dan malah hanya menyusahkan pelaku usaha saja. Yang dimaksud di sini adalah pengawasan terhadap kuantitas dan kualitas produk China di Indonesia," katanya.
Ia menjelaskan untuk kualitas, pemerintah setidaknya mewajibkan barang yang masuk telah memenuhi standar internasional.
"Jika kita punya standar nasional yang lebih tinggi dari standar internasional juga harus kita mintakan dan kita cek. Jangan dianggap mereka sudah bersertifikasi. Harus double chek karena pemalsuan dokumen sertifikasi sering terjadi dan kita tidak boleh kecolongan," katanya.
Lalu untuk kuantitas di dalam negeri, kontrol dapat diberlakukan dengan kita memberikan perhatian khusus kepada industri-industri lokal yang bisa men-subtitusi produk asal China.
"Kita bisa memberikan bantuan kepada industri-industri ini misalnya dalam bentuk bantuan untuk upgrade kualitas produk nasional dan konsistensi mutu produksinya, meningkatkan efisiensi produksi dengan bantuan R&D untuk produk tersebut, bantuan loan untuk peremajaan mesin produksi yg lebih efisien, dan sebagainya," kata Shinta.
Selain itu, cara lainnya bisa dengan sentralisasi industri dalam supply chain yang sama di satu kawasan untuk meminimalkan biaya transportasi dan mengefienkan proses produksi.
"Semakin kita meng-empower produsen dalam negeri yg bisa mengsubtitusi produk asal China secara kompetitif, impor dari China dengan sendirinya akan berkurang," jelas Shinta.
(hoi/hoi)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2yFQEkS
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment