Tuesday, July 16, 2019

Poundsterling Jeblok ke Level Terendah Sejak April 2017

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling Inggris anjlok tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (16/7/19) akibat semakin menguatnya kemungkinan terjadinya hard Brexit.

Pada pukul 20:25 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2416 atau anjlok 0,77% di pasar spot, mengutip data dari Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terendah sejak bulan April 2017.


Debat final dua kandidat Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dan Jeremy Hunt menjadi perhatian pelaku pasar. Keduanya menyatakan menolak adanya backstop di perbatasan Irlandia Utara dengan Republik Irlandia.

Masalah backstop memang menjadi polemik utama keluarnya Inggris dari Uni Eropa, hal itu membuat Parlemen Inggris berkali-kali menolak proposal yang diajukan PM Theresa May. Pada dasarnya Parlemen tidak setuju adanya backstop atau perbatasan bebas bea masuk, artinya kedua negara masih bisa melakukan perdagangan bebas.

Adanya backstop juga mendapat restu dari pihak Uni Eropa, tetapi kini dengan kedua kandidat menolak adanya backstop pelaku pasar melihat potensi Inggris keluar tanpa kesepakatan atau no-deal alias hard Brexit semakin besar.

Akibat semakin menguatnya kemungkinan terjadi hard Brexit poundsterling terus tertekan, bahkan mengabaikan rilis data rata-rata upah yang meningkat cukup tajam.

Office for National Statistic (ONS) melaporkan rata-rata upah dalam tiga bulan yang berakhir di bulan Mei sebesar 3,4% naik dari bulan sebelumnya sebesar 3,2%. Kenaikan rata-rata upah menjadi penting bagi perekonomian Inggris karena dapat meningkatkan belanja konsumen dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Inflasi juga berpotensi meningkat akibat kenaikan rata-rata upah, yang tentunya menjadi alasan bagi Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE) untuk tetap mempertahankan sikap hawkish. BOE menjadi bank sentral utama yang belum bersikap dovish bahkan saat aktivitas bisnis Negeri Ratu Elizabeth memburuk.

Markit melaporkan data aktivitas sektor manufaktur sebesar 48,0, turun dari sebelumnya 49,4. Kontraksi sektor pengolahan tersebut menjadi yang terdalam sejak Februari 2013.

Untuk sektor konstruksi dilaporkan sebesar 43,1, turun dari bulan sebelumnya 48,6. Rilis tersebut merupakan angka terendah dalam 10 tahun terakhir, atau tepatnya sejak April 2009. Terakhir aktivitas sektor jasa bulan Juni sebesar 50,2, menurun dibandingkan bulan Mei sebesar 51,0.

Akibat buruknya data aktivitas bisnis tersebut, Royal Bank of Canada (RBC) kini memprediksi BOE akan memangkas suku bunganya di tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2kcnPZE
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment