Wednesday, August 7, 2019

2 Hari Saham Garuda Meroket 25%, Ada Apa?

Jakarta, CNBC IndonesiaSaham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) meroket saat penutupan perdagangan sesi I Kamis ini (8/8/2019) hingga 11,16% di level Rp 478/saham. Dalam 2 hari terakhir ini, harga saham maskapai penerbangan BUMN ini sudah melesat 25,13% dari harga pembukaan Rabu kemarin Rp 382/saham.

Bahkan harga saham GIAA sempat mencapai level tertinggi hari ini Rp 480/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 12,37 triliun.

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham GIAA ditransaksikan sebesar Rp 59,11 miliar dengan volume perdagangan 125,78 juta saham. Asing hari ini masuk sebesar Rp 779,87 juta sehingga secara year to date (ytd) asing sudah mencatatkan beli bersih (net buy) Rp 126,58 miliar.


Dalam setahun terakhir, saham GIAA sudah mencatatkan gain hingga 104%.

Saham Garuda sempat tertatih-tatih dan dilepas investor setelah BUMN penerbangan itu menggemparkan jagat pasar modal dengan kasus memoles laporan keuangan 2018.

Namun setelah Garuda mematuhi sanksi yang diberikan oleh Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bursa Efek Indonesia yakni dengan menyajikan kembali (restatement) laporan keuangan 2018 dan membayar denda, sahamnya kembali menguat.

Garuda juga baru saja merilis laporan keuangan semester I-2019. Hasilnya, sepanjang semester I-2019 Garuda kembali mencatatkan untung senilai US$ 24,11 juta atau Rp 337,59 miliar (dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$). Setelah pada kuartal I-2019 juga tercatat membukukan untung.


Laba bersih ini berhasil dikantongi setelah di periode yang sama tahun lalu perusahaan mencatatkan kerugian bersih senilai US$ 116,85 juta. 

Pendapatan perusahaan naik tipis sebesar 9,74% secara year on year (YoY) menjadi US$ 2,19 miliar (Rp 30,70 triliun). Naik dari US$ 1,99 miliar (Rp 27,98 triliun).


Pada periode 6 bulan pertama tahun ini perusahaan mati-matian melakukan efisiensi dengan menurunkan beban usaha. Hasilnya, beban usaha turun menjadi US$ 2,10 miliar, dari sebelumnya sebesar US$ 2,14 miliar.

Beberapa pos beban yang mengalami penurunan antara lain beban operasional penerbangan, beban bandara, beban pelayanan penumpang, beban administrasi umum dan beban operasional jaringan.

Satu katalis negatif yang bakal berpengaruh ke saham Garuda ke depan ialah kabar dari Komisi Pemberantasan Korupsi yang akan kembali memeriksa mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar dan Mantan Direktur Utama Mugi Rekso Abadi, Soetikno Sudarjo dalam kasus suap maskapai penerbangan pelat merah tersebut.

(tas/hps)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2MLDMC0
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment