Friday, August 16, 2019

Menguat Lagi, Poundsterling Bisa Catat Penguatan Mingguan

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (16/8/19), dan berpeluang menghentikan penurunan empat pekan berturut-turut. Dalam dua hari terakhir, poundsterling mendapat beberapa sentimen positif dari data ekonomi dan situasi politik di Inggris.

Pada pukul 21:00 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2157 atau menguat 0,60% di pasar spot melansir data Refinitiv.

Office for National Statistic pada Kamis kemarin melaporkan penjualan ritel bulan Juli tumbuh 0,2% month-on-month (MoM), melanjutkan pertumbuhan 0,9% bulan sebelumnya. Rilis data untuk bulan Juli tersebut lebih baik dari prediksi penurunan 0,3% di Forex Factory.

"Ini menunjukkan belanja konsumen masih cukup kuat dan masih menopang perekonomian walaupun secara keseluruhan output berkontraksi di kuartal II" kata Marshall Gitler, kepala ahli strategi di ACLS Global, sebagaimana dilansir Reuters.


Sementara itu, Reuters juga melaporkan poundsterling juga mendapat sentimen positif dari semakin banyaknya partai politik yang menolak terjadinya no-deal Brexit.

No-deal Brexit merupakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson sebelumnya terus menegaskan akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan apapun pada 31 Oktober nanti.

Kecemasan akan terjadinya no-deal Brexit membuat poundsterling pada awal pekan ini mendekati level terlemah 34 tahun.

Pada perdagangan Senin (12/8/19), poundsterling menyentuh level US$ 1,2105. Level tersebut menjadi yang terlemah sejak Januari 2017. Kala itu level terlemah poundsterling berada di level US$ 1,1979.

Mundur lagi ke belakang, poundsterling mengalami flash crash pada 7 Oktober 2016, ketika secara tiba-tiba poundsterling jeblok ke level US$ 1,1450, tetapi tidak lama kemudian kembali pulih dan mengakhiri perdagangan hari itu di level US$ 1,2432, melansir data Refinitiv.


Titik terendah saat flash crash tersebut merupakan level terlemah 31 tahun poundsterling melawan dolar AS. Saat itu nilai tukar poundsterling tiba-tiba jeblok hampir 10%, dan dengan cepat berbalik lagi. Belum jelas penyebab flash crash, tetapi media-media internasional melaporkan hal itu sebagai akibat aksi jual besar yang dilakukan sistem komputer.

Jika tidak melihat titik terendah saat flash crash, maka level terlemah poundsterling dalam 31 tahun terakhir adalah US$ 1,2054 di bulan Januari 2017. Melihat posisi saat ini, level tersebut tidak terlalu jauh. Jika berhasil dilewati, maka poundsterling akan mencatat level terlemah 34 tahun melawan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2YQZyeN
via IFTTT
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Post a Comment