Tuesday, July 23, 2019

Bisa Picu Perang, Apa Penyebab Ribut Iran Vs AS-Inggris?

Teheran, CNBC Indonesia - Iran sedang terlibat konflik dengan dua negara barat, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Konflik itu diramal dapat berimbas negatif kepada harga komoditas minyak bumi. Ada analis yang memproyeksikan harga minyak mencapai US$ 150/Barel.

Lantas, apa yang menjadi pemicu konflik antara Iran dengan AS-Inggris

Konflik ini mulai muncul setelah Presiden AS Donald Trump pada tahun 2018 menarik Negeri Paman Sam keluar dari perjanjian nuklir dan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran. Perjanjian nuklir tahun 2015 yang ditinggalkan itu sejatinya bertujuan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan semakin meningkat. Ini setelah terjadi serangkaian insiden di dalam dan sekitar Teluk Oman yang merupakan jalur laut penting bagi pengiriman minyak di kawasan Timur Tengah.

Ketegangan pertama kali meningkat pada bulan Mei. Saat itu, empat tanker minyak diledakkan di Teluk Oman. AS menuduh Negeri Para Mullah yang meledakkan kapal-kapal itu dengan ranjau. Namun, tuduhan itu dibantah Iran.

Beberapa minggu berselang, dua kapal kembali diledakan di sekitar wilayah itu. Sejak saat itu, AS dan Inggris memperkuat pasukan angkatan laut mereka di kawasan itu.

Mengutip The Guardian, tak berapa lama setelah kejadian itu, militer AS merilis rekaman video yang menunjukkan sebuah kapal patroli militer Iran mendekati salah satu dari dua tanker itu. Militer AS juga merilis foto yang dikabarkan menunjukkan ranjau di sisi kapal tanker dan beberapa foto kerusakan pada lambung kapal.

Selang beberapa hari kemudian, pada Kamis (20/6/2019), Iran menembak jatuh pesawat tanpa awak (drone) milik militer AS. Hal itu meningkatkan ketegangan mereka. Pada saat itu, Garda Pengawal Revolusi Iran mengatakan telah menembak jatuh "pesawat mata-mata Amerika yang mengganggu" setelah masuk ke wilayah negara itu.

Seorang pejabat AS kemudian mengonfirmasi kepada CNN bahwa sebuah pesawat tak berawak telah ditembak jatuh. Akan tetapi, dia mengatakan insiden itu terjadi di wilayah udara internasional di atas Selat Hormuz, salah satu rute pengiriman minyak paling vital di dunia.


Kemudian pada Kamis (18/7/2019), Presiden Trump mengatakan AS telah menembak jatuh drone Iran di Selat Hormuz. Pernyataan Trump disampaikan setelah sebelumnya pada hari yang sama, Iran mengatakan telah menyita kapal tanker minyak asing di Teluk Persia dan kemudian merilis video sebagai bukti.

Kapal tanker itu ditangkap pada hari Minggu di Pulau Larak. Garda Pengawal Revolusi Iran menyebut kapal itu mengangkut lebih dari 1 juta liter bahan bakar selundupan.

Kejadian ini berlangsung setelah dua minggu sebelumnya pasukan Inggris menangkap sebuah kapal tanker Iran di lepas pantai Gibraltar. Saat itu pasukan Inggris juga mengatakan bahwa mereka telah mengusir kapal-kapal Iran yang berusaha menangkap salah satu kapal tanker mereka sebagai pembalasan.

Ketegangan ini telah membawa ancaman dampak buruk pada harga minyak dunia mengingat Selat Hormuz merupakan jalur pengiriman minyak penting. Hampir seperlima dari minyak dunia melewati selat sempit yang terletak di lepas pantai selatan Iran ini.

Jika pengiriman internasional terhambat atau bahkan dihalangi di sana, maka efek ekonomi akan terasa di seluruh dunia. Hal ini juga jelas dapat membuat harga minyak naik tajam.

Selain itu, ketegangan yang terjadi melibatkan beberapa negara paling kuat di kawasan Teluk, serta militer paling kuat di dunia, yaitu AS. Hal ini dikhawatirkan akan memicu perang besar.

(miq/miq)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Yl0tTG
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment