Saturday, August 10, 2019

Di Balik CAD yang Bengkak, Jasa Paling Rajin Sumbang Defisit

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) pada hari Jumat (9/8/2019) merilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 mengalami defisit sebesar US$ 1,98 miliar. 

Defisit NPI menandakan arus devisa di perekonomian nasional yang sedang seret, lebih banyak devisa yang keluar dibandingkan yang masuk. Apalagi kemudian devisa jangka panjang dari ekspor barang dan jasa, yang dicerminkan dari transaksi berjalan (current account) mengalami defisit (CAD) yang cukup dalam.

Current account kuartal II-2019 mengalami defisit sebesar US$ 8,44 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 6,97 miliar (2,6% PDB).

Bila dilihat lebih jauh salah satu pos pada transaksi berjalan yang sering minus yakni transaksi jasa. Transaksi jasa tersebut mencakup ekspor dan impor jasa manufaktur (manufacturing services), jasa pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair services), jasa transportasi (transportation), jasa perjalanan (travel), jasa konstruksi (construction services)

Juga ada jasa asuransi dan dana pensiun (insurance and pension services), jasa keuangan (financial services), biaya penggunaan kekayaan intelektual (charges for the use of intellectual property), jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi (telecommunications, computer, and information services), jasa bisnis lainnya (other business services), jasa personal, kebudayaan, dan rekreasi (personal, cultural, and recreational services), dan jasa pemerintah (government goods and services).

Pos transaksi jasa kuartal II-2019 mengalami penurunan dengan mencatatkan defisit mencapai US$ 1,96 miliar yang mana defisitnya sedikit lebih lebar dibanding kuartal II-2018 yang hanya US4 1,83 miliar.

Jasa perjalanan (pariwisata) yang digadang-gadang menjadi unggulan Indonesia kenyataannya mengalami penurunan kinerja. Di kuartal II-2019 surplus transaksi jasa pariwisata hanya US$ 80 juta. Jauh lebih rendah dibanding kuartal II-2018 yang bisa menyentuh angka US$ 1,03 miliar.

Berikut grafiknya:

Selain itu, hampir semua pos transaksi di dalam transaksi berjalan mengalami defisit, seperti transaksi barang, transaksi jasa, dan pendapatan primer. Sementara pos pendapatan sekunder mengalami perbaikan kinerja.

Pos pendapatan primer merupakan yang paling buruk kinerjanya kali ini. Defisit pendapatan primer di kuartal II-2019 mencapai US$ 8,7 miliar, jauh lebih dalam dibanding tahun sebelumnya (kuartal II-2018 ) yang hanya US$ 8,02 miliar.

Kinerja transaksi barang tercatat surplus sebesar US$ 187 juta pada kuartal II-2019, sejatinya kinerja transaksi barang memburuk. Pasalnya pada kuartal II-2018, surplus transaksi barang masih bisa sebesar US$ 277 juta. Kinerja transaksi barang juga masih berada pada tren penurunan.

Pendapatan sekunder banyak disumbang oleh remitansi TKI yang bekerja di luar negeri surplus pada pos pendapatan sekunder menjadi US$ 2,05 miliar pada kuartal II-2019, naik dari periode sebelumnya US$ 1,63 miliar di kuartal II-2018.

TIM RISET CNBC INDONESIA (yam/yam)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2KslP9K
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment