Thursday, August 8, 2019

Yield Obligasi Rebound, Wall Street Bangkit Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street menguat pada perdagangan Kamis (8/8/19), setelah melanjutkan kebangkitan performa buruk Rabu kemarin. Rebound imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun menjadi pendongkrak kinerja Wall Street.

Indeks Dow Jones menguat 0,4% ke level 26.111,83 di awal perdagangan, sementara S&P 500 dan Nasdaq naik masing-masing 0,4% dan 0,7%.

Ketika pelaku pasar cemas akan kondisi ekonomi global, maka investasinya akan dialihkan ke aset-aset aman seperti obligasi dan emas. Harga obligasi akan naik akibat tingginya permintaan dan yield-nya akan menurun. Sementara jika yield naik, berarti para pelaku pasar banyak melepas obligasi sehingga harganya turun.


Investor yang melepas obligasi (aset aman) berarti sentimen terhadap aset berisiko pulih, dan kembali berinvestasi di saham. Hal ini membuat bursa saham bangkit lagi.

Data ekonomi dari China pagi ini turut memberikan sentimen positif ke bursa saham global.

Ekspor China periode Juli 2019 diumumkan menguat 3,3% secara tahunan, mengalahkan konsensus yang memperkirakan adanya kontraksi sebesar 2%, seperti dilansir dari Trading Economics.

Sementara itu, impor diumumkan turun sebesar 5,6% saja secara tahunan, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 8,3%.

Terlepas dari adanya perang dagang dengan AS, aktivitas perdagangan internasional China masih relatif kuat. Kala perekonomian China berada dalam posisi yang relatif kuat, maka perekonomian global juga bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif tinggi. Pasalnya, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia.

Selain itu, harapan akan adanya negosiasi dagang lagi turut mengangkat sentimen pelaku pasar.

Kemarin, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow menyatakan AS siap menerima delegasi China untuk dialog dagang di Washington pada awal September. Tidak hanya itu, AS juga mempertimbangkan untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog membuahkan hasil positif.

Gary Locke, mantan Duta Besar AS untuk China periode 2011-2014, menyatakan AS harus 'mengalah'. AS tidak bisa hanya mementingkan kepentingan sendiri selagi mengorbankan perekonomian global akibat friksi dagang dengan China.

Meski Pemerintah Beijing belum menanggapi pernyataan-pernyataan tersebut, tetapi setidaknya AS sudah menunjukkan niat baik untuk membuka kembali negosiasi dagang.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZIyydT
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment