Thursday, October 10, 2019

Silmy Karim: Banyak Pengusaha yang Latah Pakai Robot

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan teknologi yang kian canggih dapat berdampak pada pengurangan tenaga kerja manusia. Beberapa jenis pekerjaan repetitif akan digantikan melalui tenaga robotik atau Artificial Intelligence (AI).

Penggunaan robotik menjadi sebuah keniscayaan karena dianggap mampu memberikan efisiensi pekerjaan. Namun, ada pertimbangan sebelum pelaku usaha beralih ke penggunaan robotik.

Ketua Umum The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Silmy Karim menilai pemakaian teknologi semestinya lebih didorong diterapkan untuk pendalaman informasi dan pengambilan keputusan.

"[AI dan robotik] Menurut saya oke. Tetapi yang diperlukan sekarang teknologi dalam konteks informasi, pengambilan keputusan, efisiensi, optimalisasi, penggunaan energi, hal-hal yang bersifat supporting. Itu kalau diterapkan hebat," kata Silmy kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/10/2019).

Ia mengatakan pemakaian teknologi tidak harus diartikan dengan beralih pada robotik. Pelaku usaha juga perlu mempertimbangkan kesempatan bekerja kepada tenaga kerja manusia.

"Banyak yang latah, persepsinya kalau teknologi selalu sifatnya yang otomation. Padahal otomation bisa berdampak pada berkurangnya kesempatan kerja," katanya.

"Kalau saya lebih mendorong teknologi dalam proses meningkatkan daya saing, efisiensi, kontrol terhadap energi, kontrol terhadap penggunaan bahan, hal-hal yang sifatnya optimalisasi," kata Silmy yang menjabat sebagai Dirut PT Krakatau Steel.

Saat ini Silmy tengah berupaya mendorong pemakaian teknologi informasi agar diterapkan pemangku kebijakan sebagai konsekuensi banjirnya impor produk baja ke dalam negeri. Ia mengatakan IISIA bersedia membantu menyediakan sistem informasi kepada instansi terkait sebagai langkah mencegah derasnya impor baja ke Indonesia.

Isu robotik menjadi kekhawatiran para buruh di banyak negara industri. Pada konferensi International Trade Union Confederation - Asia Pacific (ITUC AP) atau organisasi konfederasi serikat pekerja di Asia Pasifik yang digelar di Tokyo 7-9 Oktober 2019, isu ini menjadi pembahasan hangat.

"Future work dampak nya bagi buruh yang akan kehilangan pekerjaan yaitu akibat digital ekonomi dan robotisasi," kata Presiden KSPI Said Iqbal yang hadir di ITUC AP kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/10/2019).

Lembaga riset McKinsey memprediksi tahun 2030 akan ada 23 juta pekerjaan yang hilang di Indonesia karena digantikan otomasi. Hal ini terungkap dalam laporan berjudul 'Otomasi dan masa depan pekerja Indonesia: Pekerjaan yang hilang, muncul dan berubah'.

Associate Partner McKinsey & Company Southeast Asia, Vivek Lath mengatakan pekerjaan yang akan hilang dan digantikan oleh otomasi adalah yang bersifat repetisi atau berulang-ulang.

"Misalnya data entry, payroll officer, production workers, machine operator dan data collection," ujarnya di Jakarta, Rabu (23/9/2019). (hoi/hoi)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/33iCBir
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment