Monday, October 14, 2019

Raup Rp 6,39 T, Ternyata Ini Alasan Indosat Lego 3.100 Menara

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Indosat Tbk (ISAT) mengungkapkan alasan penjualan menara sebanyak 3.100 unit kepada PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dan PT Protelindo dengan nilai mencapai Rp 6,39 triliun.

Penjualan menara ini sontak membuat harga saham ISAT melesat 4,61% di level Rp 3.180/saham pada sesi I, Selasa ini (15/10/2019) dengan catatan investor asing masuk (net buy) sebesar Rp 19,16 miliar.

President Director dan CEO Indosat Ooredoo, Ahmad Al Neama mengatakan ada tiga tujuan utama penjualan menara dengan dana sebesar itu. Pertama investasi perusahaan, kedua mempercepat tujuan perusahaan sehingga memberikan layanan pelanggan lebih optimal, termasuk juga ekspansi jariangan dan perbaikan di berbagai macam servis lain, dan ketiga mengoptimalkan struktur modal.


"Penyelesaiannya ini diperkirakan akhir tahun selesai," katanya dalam acara peluncuran Internet 101 di Kantor Indosat, Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Dia mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi bisnis perusahaan "Oh ini bicara nationwide, karena uangnya cukup besar. Kami belum detail karena kan baru kemarin sore selesainya [penjualan]. Kurang lebih jam setengah enam [selesai MoU]. Karena hari ini harus filing [memasukkan informasi] ke OJK market open sehingga kami mengeluarkan hari ini," katanya.

Foto: Syarizal Sidik


ISAT pada hari ini mengumumkan menjual 3.100 menara milik perseroan kepada Mitratel ( anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi) dan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), perusahaan milik PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).


Dalam prospektus yang disampaikan perseroan, sebanyak 2.100 menara dilepas kepada Mitratel, sedangkan, 1.000 menara akan dilepas kepada Protelindo. Penjualan 3.100 menara ini akan menghasilkan nilai transaksi sebesar Rp 6,39 triliun.

Dia mengatakan dengan penjualan itu, cakupan Indosat tidak akan berkurang.

"Oh enggak..enggak..enggak. Ini kan jual beli kan. Jadi sebenarnya menjual menara itu untuk mendapatkan dana. Struktur modal tadi. Kemudian akan disewa kembali selama 10 tahun. Jadi secara cakupan tidak akan mengganggu karena itu memberikan dana investasi untuk perusahaan jadi bukan berarti aset itu dijual kemudian mati," tegasnya.

Dia menjelaskan penjualan itu bukan persolaan efisiensi atau tidak tetapi merupakan keputusan strategis perusahaan. "Jadi bagaimana kita menjual dengan tower ke teman-teman Mitratel dan Protelindo itu adalah sebetulnya strategi jangka panjang. Jadi dalam hal ini dengan kita menjual, kita mendapat invest dan melakukan leaseback [sewa kembali] 10 tahun ke depan."

Manajamen Indosat mengutarakan, inisiasi penjualan aset ini sejalan dengan rencana investasi yang signifikan pada tahun 2018-2019. Nilai rencana transaksi Rp 6,39 triliun setara 54,30% ekuitas perseroan mengacu laporan keuangan Juni 2019.

Transaksi ini akan meningkatkan likuiditas dan solvabilitas perseroan dan meningkatkan kemampuan pinjaman perseroan.

Dalam transaksi in, JPMorgan bertindak selaku penasihat keuangan eksklusif Indosat Ooredoo. Redpeak Advisers bertindak selaku penasihat keuangan Protelindo, dan Credit Suisse bertindak selaku penasehat keuangan Mitratel.

Catatan CNBC Indonesia, memang bukan kali ini saja perseroan melepas asetnya, pada 2013, Indosat melepas 2.500 menaranya ke PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) senilai US$ 406 juta (sebelum dikenakan beberapa penyesuaian harga). Dari total nilai akuisisi tersebut, sebesar 17,98% atau US$ 73 juta dibayar dalam bentuk saham dari perusahaan menara itu.



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2IPbbZO
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment