Monday, October 14, 2019

Industri Tekstil 10 Tahun Sakit Keras, Apa Obatnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama satu dekade terakhir industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengalami tekanan yang serius dari sisi serbuan produk impor. Di sisi lain, ekspor tekstil Indonesia dalam beberapa tahun sekitar US$ 13 miliar, adanya kenaikan impor yang menghajar pasar dalam negeri masih jadi ancaman serius.

"Pada 2008 neraca perdagangan (surplus) US$ 7 miliar, sekarang US$ 3,2 miliar. Ini menggambarkan pasar domestik tergerus," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/10)

Ia mengatakan industri tekstil harus bersaing keras dengan gempuran produk impor selama 10 tahun terakhir, bila terus dibiarkan maka, suatu keniscayaan akan terjadi defisit neraca perdagangan produk TPT beberapa tahun ke depan.


"10 tahun ini dibilang sakit," katanya.

Redma juga membantah bahwa industri TPT sebagai industri sunset yang tiada harapan. Ia bilang industri TPT bila dikelola dengan baik justru sangat menjanjikan karena permintaan pasar domestik masih terus tumbuh 5% setiap tahun yang ditopang oleh penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa. Sehingga perlu perlindungan pasar domestik, dan menggenjot ekspor.

Apalagi konsumsi per kapita pakaian di Indonesia masih 8,13 Kg per kapita per tahun, sedangkan Malaysia sudah mencapai 12 kg per kapita per tahun.

"Industri dalam negeri masih punya masa depan. Kita punya pasar, kalau di-manage pasti akan akan tumbuh," katanya.

Salah satu solusi jangka pendek adalah pengusaha TPT sedang mengajukan safeguard ke pemerintah sebagai bentuk perlindungan kepada industri TPT yang terhimpit akibat serbuan barang impor dari luar negeri.

Pemerintah juga kini sudah konsen dengan industri TPT, terakhir Menkeu Sri Mulyani menertibkan ratusan importir nakal terkait aktivitas impor di Pusat Logistik Berikat (PLB) dan Non-PLB, dan peningkatan pengawasan proses pemasukan barang oleh Bea Cukai.

Redmi menggarisbawahi, selain persoal tadi, perlu pembenahan daya saing soal energi seperti harga gas yang bisa bersaingan dengan China dan India. Selain itu, biaya logistik diharapkan bisa turun pada tahun ini dengan masifnya pembangunan infrastruktur.

Industri TPT tak hanya dihadapkan soal serbuan impor, tapi ada juga soal masalah daya saing permesinan hingga masalah limbah seperti pabrik tekstil setop operasi karena ada penutupan Instalasi pengolahan air limbah (IPAL). (hoi/hoi)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2BdXeQI
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment