Saturday, October 19, 2019

Cuss! Dewi Fortuna Masih Menaungi IHSG dan Pasar Asia Sepekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Kita berlari dan teruskan bernyanyi, kita buka lebar pelukan mentari. -Melompat Lebih Tinggi, Sheila of 7.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup positif sepekan ini, tepatnya 1,41% menjadi 6.191,94 dari dari 6.105,8 pada penutupan akhir pekan lalu, yang disertai dengan tidak henti-hentinya penguatan setiap hari yang tak ada lelahnya selama periode tersebut.

Selama sepekan, data perdagangan Bursa Efek Indonesia menunjukkan indeks yang mencakup seluruh saham yang tercatat tersebut mencetak reli beruntun setiap harinya, meskipun terkadang penguatan hariannya sangat tipis. Bahkan pada 16 Oktober IHSG hampir berakhir di zona merah tetapi terselamatkan kenaikan mendadak enam saham unggulan (blue chips) di masa injury time.


Meskipun menanjak, posisi IHSG masih jauh dari level penutupan pasar tertinggi tahun ini 6.507 pada April dan level penutupan tertinggi sepanjang masa 6.689 yang pernah terjadi pada Februari 2018.

Mengikuti penguatan IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham Indonesia juga menunjukkan peningkatan 1,44% menjadi Rp7.119,47 triliun dari Rp7.018,6 triliun pada periode yang sama.

Data rata-rata transaksi saham sepekan juga naik, yang tercemin pada rata-rata frekuensi transaksi yang mencatatkan peningkatan sebesar 14,46% menjadi 534,35 juta kali transaksi dari 466,85 juta kali transaksi pada penutupan pekan sebelumnya.

Selanjutnya untuk rata-rata nilai transaksi mencatatkan peningkatan sebesar 14,33% menjadi Rp 9,04 triliun dari Rp7,9 triliun pada penutupan pekan lalu. Rata-rata volume transaksi juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 6,12% menjadi 15.680 miliar unit saham pada pekan ini dari 14.776 miliar unit saham selama pekan lalu.

Sepanjang pekan ini, investor domestik menjadi penopang penguatan yang cukup mengejutkan ini karena investor asing masih membukukan aksi jual bersih (net foreign sell) di pasar reguler Rp 1,31 triliun. Angka itu menyumbang terhadap aksi net foreign sell reguler sejak awal tahun (year to date) Rp 18,89 triliun.

Penguatan IHSG sepekan terutama didukung semakin ademnya tensi investasi pasar keuangan global dari berbagai sisi, terutama yang dipicu semakin mesranya hubungan dagang Amerika Serikat (AS)-China sejak pekan lalu.

Meskipun sudah semakin rekat, hubungan kedua negara belum benar-benar romantis karena sesekali masih ada ancaman-ancaman kecil baik dari Washington maupun Beijing yang masih berusaha memperkuat posisi tawar mereka di tengah perang dingin tersebut.

Terakhir, Presiden AS Donald Trump semalam menyatakan optimistis dan berharap kesepakatan dengan Beijing dapat dicapai pada pertengahan November, yang dapat menjadi poin penting dalam kelanjutan proses damai dagang.

Selain itu, sentimen positif juga datang dari semakin melunaknya pihak Inggris dan Uni Eropa dalam proses Brexit, di mana pintu probabilitas soft Brexit semakin terbuka.

Soft Brexit adalah kata lain dari lancarnya proses Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan-kesepakatan tertentu, yang kondisinya berbanding terbalik dengan hard Brexit di mana justru menjadi kekhawatiran pelaku pasar karena dapat menghantarkan Inggris ke gerbang resesi.

Hari ini, mata dunia masih menunggu hasil pengambilan suara di Parlemen Inggris yang dijadwalkan siang waktu setempat yang bertujuan menyetujui atau bahkan menolak proposal Brexit Perdana Menteri Boris Johnson. Pemungutan suara pada Sabtu ini menjadi yang pertama setelah sebelumnya terjadi menghadapi Perang Falkland (Perang Malvinas) kontra Argentina pada 1982 silam.

Selain faktor damai dagang dan soft Brexit, faktor positif lain adalah potensi diturunkannya suku bunga acuan AS akibat memburuknya data ekonomi AS dan China yang membuat pelaku pasar dapat sedikit bernafas lega.

Jika benar terealisasi penurunan suku bunga AS pada akhir bulan ini, maka senjata moneter itu akan dapat menjadi doping atau obat kuat bagi lemahnya pertumbuhan ekonomi AS dan dunia.

Dari sentimen negatif, pasar saham Indonesia, pasar regional, dan pasar global masih dibayangi oleh hantu resesi yang masih menghantui. Meskipun menjadi pendorong dikeluarkannya obat kuat atau kebijakan penurunan suku bunga, data ekonomi yang negatif memang masih menakutkan. Korbannya pekan ini adalah bursa saham China.

Tercatat hanya indeks saham Shanghai Composite di China yang terkoreksi dari total 11 indeks saham utama, terutama karena koreksi yang terjadi pada Jumat kemarin 1,32%. Selain Shanghai Composite, sisa indeks-indeks saham utama di Benua Kuning masih menguat, senada dengan penguatan yang terjadi pada IHSG.

Penguatan IHSG ternyata cukup lumayan karena masih di atas indeks KLSE di Malaysia, S&P/ASX 200 di Australia, Kospi 200 di Korsel, SET di Thailand, dan Straits Times di Singapura. Indeks utama Indonesia itu hanya kalah dari empat indeks lain yaitu Sensex di India, TWII di Taiwan, Topix di Jepang, dan Hang Seng di Hong Kong.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

 

 

(irv/irv)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/35LsIf7
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment