Hal tersebut diungkapkan oleh Luhut disela-sela Penandatanganan MoU kerja sama percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai di Kantor BPPT rabu (16/10/2019).
Menurut Luhut, investor asal Hong Kong pada dasarnya enggan untuk memindahkan ke Singapura. Sebabnya, negeri Jiran ini dianggap sebagai kompetitor dari Hong Kong.
"Mereka punya 680 miliar dolar. Saya lapor presiden. Katanya menguntungkan nggak? menguntungkan lah Pak, kalau nggak ngapain saya tawarkan..," ujar Luhut.
Menindaklanjuti potensi aliran dana masuk tersebut, Luhut mengaku sudah menghubungi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Maksudnya untuk bertanya mengenai holding tax untuk potensi dana tersebut.
"Saya telepon Gubernur BI, bisa nggak holding tax dimainkan. tapi hati-hati. Kita nggak mau money laundry," sebutnya.
Sebelumnya, Hong Kong kehilangan US$ 4 miliar atau sekitar Rp 56 triliun akibat aksi demo besar-besaran yang terjadi. Uang Rp 56 triliun dari sektor keuangan Hong Kong ini pindah ke Singapura.
Fenomena ini terjadi antara Juni hingga Agustus 2019. Demikian prediksi Goldman Sachs, dilansir dari Reuters, Kamis (3/10/2019).
"Meski begitu, likuiditas pada sistem perbankan di Hong Kong tetap kuat," demikian laporan dari analis Goldman.
Data Goldman mengatakan simpanan dalam bentuk dolar AS di perbankan Hong Kong naik signifikan sepanjang Agustus 2019.
Bank sentral Hong Kong pernah memaparkan soal kenaikan simpanan dalam dolar AS didorong oleh adanya transfer dana dalam jumlah besar dari luar negeri. Namun bank sentral tidak memberikan penjelasan rinci soal transfer dana tersebut.
(dob/dob)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2qlrGX5
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment