Direktur Eksekutif LPEI Shintya Rusli mengatakan portofolio pembiayaan LPEI ke Amerika tersebut didominasi oleh komoditi aluminium sebesar 26,7% diikuti oleh kertas dan furniture yang masing-masing 12,6% dan 10,3%.
"Pembiayaan ini diberikan baik kepada korporasi maupun Usaha Kecil Menengah (UKM)," katanya saat ditemui di ICE-BSD dalam Trade Expo Indonesia ke 34, Jumat (18/10/2019).
Selanjutnya, dalam diskusi di TEI dengan tema "Regional Discussion yang adalah Towards US$ 60 Billion Trade: 70 Years-Indonesia Diplomatic Relationship" dia menyebut masih besar peluang peningkatan potensi ekspor Indonesia ke Amerika.
Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan oleh LPEI adalah mendorong UKM agar bisa kompetitif untuk bisa masuk ke pasar Amerika Serikat. "Kita mendukung dan juga pendalaman e-commerce, juga dilakukan pendampingan yang lebih intensif," tegasnya.
Selanjutnya dia mengatakan jika perang dagang antara AS dan Tiongkok diperkirakan masih berlanjut, dimana seluruh ekspor Tiongkok ke AS akan dikenakan tarif tambahan. Negara-negara lain juga akan diancam dengan pengenaan tarif dan hambatan teknis non-tarif yang semakin keras, dan akan terus meningkat menuju pemilihan Presiden AS tahun 2020.
Pengenaan tarif dalam konteks perang dagang AS-Tiongkok merupakan disrupsi yang membawa dampak positif dan membuka peluang bagi produk ekspor nonmigas Indonesia untuk berkompetisi di pasar AS. "Bagaimana kapasitas eksportir kita konsisten dalam kualitas, bisa deliver jumlah dan waktu yang diharapkan oleh buyer. Tantangan lain, bisa ambil manfaat dari kesempatan secara cepat," tegasnya.
(dob/dob)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2BpSSpC
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment