Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 7,7%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 3 Okt'19 |
|||||
Seri |
Jatuh tempo |
Yield 2 Okt'19 (%) |
Yield 3 Okt'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Yield wajar IBPA 3 Okt'19 (%) |
FR0077 |
5 tahun |
6.69 |
6.677 |
-1.30 |
6.6488 |
FR0078 |
10 tahun |
7.275 |
7.26 |
-1.50 |
7.2313 |
FR0068 |
15 tahun |
7.726 |
7.701 |
-2.50 |
7.69 |
FR0079 |
20 tahun |
7.852 |
7.845 |
-0.70 |
7.8277 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.029,91 triliun SBN, atau 38,66 % dari total beredar Rp 2.664 triliun berdasarkan data per 2 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 136,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,89 triliun dan sejak akhir September masih surplus Rp 520 miliar.
Posisi nilai kepemilikan investor asing itu kembali menembus rekor tertinggi baru dan mengalahkan rekor sebelumnya yang terjadi beruntun sepekan ini.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti di pasar ekuitas yang turun 0,28% sedangkan rupiah di pasar valas masih menguat 0,14%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas masih menguat sehingga yield mayoritas obligasi negara kompak turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang |
|||
Negara |
Yield 2 Okt'19 (%) |
Yield 3 Okt'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Brasil |
7.045 |
7.11 |
6.50 |
China |
3.163 |
3.155 |
-0.80 |
Jerman |
-0.55 |
-0.577 |
-2.70 |
Prancis |
-0.247 |
-0.275 |
-2.80 |
Inggris |
0.5 |
0.465 |
-3.50 |
India |
6.657 |
6.608 |
-4.90 |
Jepang |
-0.166 |
-0.188 |
-2.20 |
Malaysia |
3.295 |
3.29 |
-0.50 |
Filipina |
4.653 |
4.64 |
-1.30 |
Rusia |
7.02 |
7.02 |
0.00 |
Singapura |
1.73 |
1.686 |
-4.40 |
Thailand |
1.5 |
1.49 |
-1.00 |
Amerika Serikat |
1.597 |
1.582 |
-1.50 |
Afrika Selatan |
8.29 |
8.27 |
-2.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2pBsmqM
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment