"Saya mau klarifikasi kalau tidak betul kejadian ini (kuota solar jebol) terjadi setiap tahun," ungkapnya di Kementrian ESDM Selasa, (22/10/2019).
Dirinya menegaskan selama ini banyak informasi yang menyebut jika konsumsi solar yang jebol sudah biasa terjadi setiap tahun. Menurutnya berdasarkan data yang dirinya miliki sejak tahun 2013 tidak pernah kejadian konsumsi solar jebol.
Kuota tahun 2019 jebol menurutnya jebol karena kuota solar tahun ini hanya 14,5 juta KL sesuai APBN 2019. Jumlah ini lebih kecil dibanding kuota 2018 yang mencapai 15,62 juta KL untuk solar subsidi.
"Dalam waktu lima tahun terakhir ini nggak benar terjadi BBM jebol, kita udah buka," tegas Fansurullah Asa atau yang biasa disapa Ifan meski hingga kini data tersebut belum diberikan. Menurutnya, data tersebut sudah disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP).
Mengantisipasi jebolnya konsumsi solar, BPH Migas mengeluarkan surat edaran yang salah satunya ditujukan kepada Pertamina, untuk sediakan produk substitusi di SPBU mengantisipasi terbatasnya solar.
Namun, surat edaran yang dilayangkan pada Juli tersebut akhirnya dicabut, karena Pertamina tidak sanggup menyalurkan minyak solar CN 48 non subsidi di setiap lembaga penyalur sebagai substitusi
"Saya sudah buat edaran, saya kan disuruh cabut. Jangan tanya saya, tanya ke pemerintah, BPH hanya mengatur. Kalau habis tanya pemerintah jangan saya. Tapi suruh cabut yah sudah tanya Menkeu, Menteri ESDM yang dilantik nanti gitu aja," ungkapnya.
(dob/dob)from CNBC Indonesia https://ift.tt/31vX5ms
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment