Sepanjang pekan ini, harga minyak jenis brent anjlok 5,63%. Sementara yang jenis light sweet ambrol 5,05%.
Harga si emas hitam jatuh akibat kekhawatiran resesi ekonomi yang kian menjadi. Pada September, angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS versi Institute for Supply Management (ISM) adalah 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1.
Angka PMI di bawah 50 menunjukkan industriawan tidak melakukan ekspansi. Selain itu, skor 47,8 adalah yang terendah sejak Juni 2009.
Kemudian ISM melaporkan bahwa PMI jasa AS pada September berada di 52,6. Masih di atas 50, tetapi angka itu adalah yang terendah sejak Agustus 2016.
Sektor jasa mewakili lebih dari dua pertiga ekonomi AS. Jika sektor ini melambat, maka perekonomian AS juga terancam kehilangan lajunya bahkan bukan tidak mungkin sampai terkontraksi alias tumbuh negatif. Ketika ekonomi tumbuh negatif selama dua kuartal beruntun pada tahun yang sama, itu namanya resesi.
Jika AS benar-benar mengalami resesi, maka harga minyak tentu sangat terpukul. Pasalnya, AS adalah negara konsumen minyak terbesar di dunia. Kala aktivitas ekonomi di sana melemah bahkan terkontraksi, tentu permintaan turun.
Selain itu, produksi minyak dunia juga sudah normal. Belum lama ini, produksi sempat berkurang 5,7 juta barel/hari akibat serangan di kilang minyak milik Saudi Aramco.
Namun pada akhir September, yang jatuh awal pekan ini, produksi sudah kembali normal. Produksi minyak Arab Saudi sudah mencapai 11,3 juta barel/hari.
"Kami telah menstabilkan produksi, saat ini 11,3 juta bare;/hari. Kami punya alat dan instrumen untuk menghadapi tantangan pada masa mendatang," tegas Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman.
Pasokan yang sudah aman membuat minyak tidak lagi langka. Harga pun terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2OnxJUQ
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment